Chapter 2

1K 147 17
                                    

Jeongyeon pov

Aku harus menikahi mina.

Setelah mengambil keputusan itu, aku pergi kerumah kedua orang tuaku. Aku menceritakan mimpi tentang dahyun kepada mereka. Aku juga memberitahu mereka tentang keputusanku untuk menikahi mina.

Mereka awalnya menolak keputusanku. Dia tidak ingin aku menikahi mina hanya karena mimpi semata. Mereka khawatir dengan kehidupanku nantinya. Tapi setelah aku menceritakan isi hatiku, ibu dan ayah akhirnya memberikan izin dan restunya kepadaku.

Ibu dan ayah lanjut menasehatiku panjang lebar tentang resiko menikahi seorang janda yang mempunyai seorang anak padaku. Dan aku dengan yakin bilang kalau aku siap menerima resiko apa pun demi mina dan ryujin.

Aku masih terus mendatangi rumah mina sampai nyonya myoui terbiasa membukakan pintu untukku.

Tapi sudah lebih dari beberapa bulan ini, aku tidak bermain bersama ryujin. Aku sangat sibuk dikantor untuk mengurus proyek baruku.

Aku hanya datang sambil membawa makanan kesukaan ryujin sekali seminggu dan setelah itu kembali ke kantorku lagi.

Malam ini seperti biasa ryujin merengek kepadaku. Dia memintaku untuk datang seperti hari biasanya. Aku langsung memberikan pengertian tentang pekerjaanku.

"Maaf sayang, tapi paman tidak bisa. Tapi besok paman janji akan kesini lagi untuk bermain denganmu" ryujin terdiam, wajahnya berubah kelam dan muram.

Dia tiba-tiba menangis dan menjerit yang membuat mina datang kearahku dan ryujin.

Mina berdiri disamping sofa dan ingin menggendong ryujin, tapi ryujin malah menolak dan menjerit lebih kencang. Aku yang panik pun langsung menggendongnya dan mengusap punggungnya.

"Sshhh...sayang, maafkan paman" sesalku.

Isakan tangisnya mulai mereda, ryujin mengangkat wajahnya untuk menatapku.

"Paman jeong, apa appa meninggal?" aku terdiam dan tidak tau bagaimana menjawab pertanyaannya.

Aku hanya diam dan terus mengayunkan badannya kesana kemari dan bersenandung. Tak berapa lama, isak tangis ryujin tidak terdengar lagi. Aku pun menoleh untuk melihat wajahnya. Dan ternyata dia sudah tertidur pulas dalam gendonganku.

Mina yang melihat itu berinisiatif untuk mengambil ryujin dariku tapi aku dengan cepat menolaknya. Aku hanya khawatir jika ryujin terbangun dan menangis lagi.

Mina mengangguk dan menuntunku untuk pergi kekamar ryujin. Dengan hati-hati, aku lalu meletakan ryujin diatas kasurnya dan menyelimuti tubuh mungilnya.

Mina hanya berdiri didepan pintu kamar sambil terus memperhatikanku dengan tangan yang dilipat didadanya.

Aku mengusap rambut ryujin dan mencium keningnya sebelum berjalan keluar.

Aku berjalan keluar yang diikuti mina dari belakang. Aku lalu mengingat tentang keputusanku untuk menikahi mina.

Apa aku mengatakan nya sekarang? Ya aku harus mengatakannya sekarang. Aku tidak mau menunda lagi. Lagian ini sudah lebih dari 6 bulan kematian dahyun. Aku hanya takut jika aku terlambat lagi seperti dulu.

"M-mina, maaf jika aku lancang. Tapi...hmm...apa kau mau menikah denganku" tanya ku dengan suara yang bergetar karena gugup.

Dia diam saja, membuatku hampir pingsan karena menahan gugup. Apa mungkin ini terlalu cepat?

"Apa kau tidak malu menikah dengan isteri sahabatmu? Kau seorang pemuda yang mapan dan kau ingin menikah denganku yang tak lain adalah janda yang mempunyai satu orang anak"kata mina.

Its Hurt (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang