Chapter 18

1.7K 163 61
                                    

Jeongyeon menghampiri putra kecilnya yang sedang tertidur diatas ranjang rumah sakit dengan infus menghiasi tangan kirinya.

Matanya berkaca-kaca menatap putranya yang terlihat pucat sehingga membuat hatinya terasa sesak.

Jeongyeon menarik kursi mendekat pada ranjang putranya dan duduk disana.

"Maafkan papa, sayang...papa janji tidak  akan meninggalkanmu lagi.."

Jeongyeon mencium kening ryujin dan mengelus rambut halusnya.

Dia menatap intens putranya yang sedang tertidur di atas ranjang rumah sakit itu. Air matanya menetes saat melihat kondisi tubuh putranya yang terlihat lebih kurus dari saat terakhir dia melihatnya.

Jeongyeon menggenggam tangan ryujin dengan hati-hati. Dia mulai terisak-isak menyesali perbuatanya. Dia memukul dadanya sambil menahan isak tangisnya agar tidak mengganggu tidur ryujin.

"Maafkan papa...maafkan papa, nak" ucapnya sambil terus menciumi tangan ryujin.

"Papa...?"

Air mata jeongyeon kembali menetes saat mendengar suara yang sangat ia rindukan memanggilnya.

"Papa..."

"Iya sayang, ini papa...papa disini..." ucap jeongyeon dengan cepat sambil menciumi tangan anaknya.

"Papa hiks hiks hiks...papa k-kemana s-saja hiks hiks...k-kenapa papa m-meninggalkan ryujin hiks hiks..."

Ryujin menangis histeris di atas ranjangnya sampai tidak bisa bernapas dan menggerakan tangannya lagi.

Jeongyeon mengangkat punggung ryujin kedalam pelukannya, membelai rambutnya dan mencium keningnya.

"Papa disini...papa tidak akan pergi lagi...jangan menangis lagi, papa disini..." jeongyeon ikut menangis saat mendengar kata-kata ryujin.

"Jangan tinggalkan ryujin lagi papa hiks hiks..."ucap ryujin disela isak tangisnya.

"Tidak akan nak, tidak akan...papa janji tidak akan pergi lagi..."

Jeongyeon tidak henti-hentinya berjanji pada putranya itu. Dia menyesal...sangat menyesal karena sudah meninggalkan putranya.

Dia merutuki dirinya karena sudah bersikap egois pada keluarganya. Dia seharusnya menyelesaikan masalahnya dengan cara yang baik-baik bukannya malah melarikan diri seperti seorang lelaki pengecut.

"Eomma..." ucap ryujin, matanya mencari-cari sosok eommanya.

"Eomma disini..."

Entah dari mana, mina tiba-tiba saja sudah berdiri dibelakang jeongyeon saat ryujin mencarinya, dia menyeka air matanya dan meraih tangan kecil ryujin.

"Papa berjanji untuk tidak pergi lagi, eomma. Papa akan pulang bersama kita.." ucap ryujin sambil menyeka air mata diwajah mina.

Mina menganggukkan kepalanya dan mencium kepala ryujin yang berada dipelukan jeongyeon.

"Mau istirahat?"tanya jeongyeon pada ryujin saat melihat ryujin seakan ingin tertidur.

"TIDAK!"ucap ryujin.

Dia mengalungkan  tangannya ke leher jeongyeon, memeluknya erat-erat takut jika dia melepaskannya, jeongyeon menghilang lagi dari hidupnya.


Mina pov

Aku segera masuk keruangan ryujin saat mendengar tangisan histerisnya. Aku merasa khawatir karena suara tangisannya terdengar sampai keluar ruangannya.

Aku membuka pintu dan air mataku menetes saat melihat ryujin terisak dileher jeongyeon.

Hatiku hancur saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut ryujin.

Its Hurt (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang