Sana pov
Aku masuk ke kamarku dan mulai melamun lagi. Pikiran tentang bertemu dengan dia masih saja memenuhi otakku. Apakah itu benar-benar kamu? Tiba-tiba suaranya bergema dikepalaku "Maafkan aku sana, tapi aku tidak bisa menerimamu... Aku mencintainya..." kata-kata itu terus berulang dikepalaku.
Bayangannya pun mulai menyerang kepalaku. Wajahnya yang sempurna kulitnya yang putih susu dan lembut, bibir merah mudanya yang seksi, bola matanya bewarna coklat yang Indah.
Apa kau tau kalau aku rindu menghabiskan waktu bersamamu saat disekolah, belajar bersamamu di perpustakaan, mendengar ceritamu dan juga sikap konyolmu itu. Aku merindukan segalanya tentangmu, Yoo Jeongyeon.
Aku memijat dahiku karena aku tidak percaya diriku memikirkannya sampai saat ini. Sudah 4 tahun lebih tapi aku masih belum bisa melupakan dirinya. Kita telah melalui banyak hal dengan cara kita sendiri, jalan kita sendiri lebih dari 4 tahun. Dan sekarang kau sudah menikah dengan orang yang kau cintai. Kau pasti bahagia karena sudah menikah dengan orang yang kau cintai kan jeong? Ahhh...aku sungguh menyedihkan karena masih berharap untuk mendapatkanmu sampai saat ini.
Entah kenapa saat aku mendengar namamu, aku merasakan kembali perasaan yang aku lupakan selama 4 tahun ini. Ini menyakitkan jeong...aku hanya pura-pura menghapus namamu dari hatiku selama ini. Aku hanya menyimpannya sendiri...karena aku seharusnya tidak memiliki ini. Aku tidak seharusnya memikirkanmu, aku tidak seharusnya merasakan apapun lagi untukmu.
Aku merasakan air mata membasahi wajahku. Hatiku terasa sakit dan dadaku terasa sesak saat mengingat dirinya sudah menjadi milik orang lain.
Author pov
Keesokan paginya, tzuyu dengan lembut mengguncang bahu sana, mencoba membangunkannya dari tidur nyenyaknya. Sana merasa sangat lelah setelah penerbangan panjang dan juga tangisan lain yang dialami tadi malam.
Sana menggosok matanya dan memijat dahinya saat dia merasa sedikit pusing."Kamu harus bangun sana. Pertemuan makan siang dengan CEO Yoo Corporation dalam 2 jam lagi" ucap tzuyu.
"Ugh...ya...aku hampir lupa...aku akan siap-siap" sana perlahan beranjak dari kasurnya.
Dia menyelipkan kaki kesendalnya dan pergi kedalam kamar mandi.
"Oh iya...terima kasih tzuyu"ucap sana sebelum menutup pintu kamar mandinya.
Mansion Mina
"Apa yang harus ku lakukan unnie?"tanya mina dengan wajah panik.
Mina tidak menduga kalau jeongyeon akan benar-benar meninggalkannya seperti ini. Dia baru saja mendapatkan kiriman dari jeongyeon tadi pagi.
Itu sebuah amplop besar yang berisikan surat cerai yang sudah ditanda tangani oleh jeongyeon.
Amplop itu diantarkan oleh pengacara jeongyeon yang diutus untuk mengurus perceraiannya dengan mina.
"Unnie...kumohon bantu aku hiks hiks" mohon mina.
Momo hanya menggelengkan kepalanya saat melihat adiknya menangis. Dia sudah tahu kalau semua ini akan terjadi. Dan dia tidak bisa menyalahkan jeongyeon atas semua ini. Sudah sewajarnya jeongyeon melakukan hal itu pada mina.
"Bagaimana? Apa kau menyesal? Sudah berkali-kali aku memberitahumu untuk merubah sikapmu itu dan kau tidak pernah mendengarkanku kan? Dan lihat lah yang terjadi sekarang ini...ini semua terjadi karena kebodohanmu itu mina..."ucap momo sambil melipat tangan didadanya.
Mina yang mendengar itu hanya terus menangis sambil menundukan kepalanya. Dia menyesal karena tidak pernah mendengarkan kakaknya itu.
"Unnie hikss hikss...aku t-tau aku salah... Aku memang bodoh hiks hiks...aku menyesal unnie...aku menyesal hiks hiks" mina memukul-mukul dadanya untuk meluapkan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Its Hurt (Completed)
Fanfiction"Kau menikahinya hanya untuk ryujin?" "Benar, itu semua hanya demi putraku, ryujin"