Jeongyeon terus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi kearah apartemen miliknya yang ditinggalinya sebelum menikah dengan mina.
Air matanya masih terus mengalir membasahi pipinya. Jeongyeon yang emosi mengusap air matanya dengan kasar.
"Haaaaaaaaaaaaaaaa...."
Jeongyeon berteriak berusaha mengeluarkan semua emosi yang ada didalam dirinya saat ini.
"Ini adalah akhir dan awal yang baru dariku...aku melepaskanmu mina...akhirnya aku melepaskanmu..."
"Kuharap kau bisa hidup bahagia dengan lelaki pilihanmu...ryujin-ah....maafkan papa karena tidak bisa lagi menjagamu...semoga kalian hidup bahagia..."
"Aku akan berusaha menjalani hidupku dan hidup dengan bahagia..."
"Mina...jangan sia-siakan kesempatan yang telah kuberikan padamu...pergi dan hidup bahagia lah dengannya..."
Jeongyeon meneteskan lebih banyak air mata saat mengatakan isi hatinya.
"Aku melakukan semua ini untukmu mina...untuk ryujin...kau bilang kalau kau menyesal menikah denganku kan? Kau juga bilang kalau kau tidak pernah bahagia selama kau hidup denganku...jadi mulai detik ini aku akan melepaskanmu...aku tidak akan mengganggumu lagi...aku akan membebaskanmu dari kehidupanku..."
"Terima kasih atas segalanya...terimakasih atas kebahagian yang kau berikan padaku, walau hanya sebentar tapi itu semua sudah cukup bagiku..."
"Selamat tinggal mina...ryujin...hiksss hiksss" ucap jeongyeon dengan isak tangisnya.
Jeongyeon lalu memarkirkan mobilnya digedung apartemen pribadinya. Dia keluar sambil membawa koper dan tas miliknya.
Jeongyeon lalu melempar tasnya kesofa saat dia memasuki apartemennya. Tanpa mengganti baju jeongyeon lalu tertidur ditempat tidurnya.
.
.
.
.
.6 hari kemudian...
Jeongyeon tidak pernah terlihat lagi setelah kejadian dirumah mina. Dia tiba-tiba menghilang bagaikan ditelan bumi. Tidak ada satu orang pun yang tau keberadaanya saat ini.
Perusahaan miliknya pun sekarang ditangani oleh nayeon dan jihyo.
Dia hanya mengirim pesan pada kedua sahabatnya itu untuk menjaga dan mengelola perusahaannya sampai dia kembali. Dia juga mengatakan kalau dia baik-baik saja dan meminta sahabatnya itu untuk tidak khawatir dan tidak mencarinya.
Nayeon dan jihyo juga sudah berusaha menghubunginya tapi semua itu hanya sia-sia karena nomor hp jeongyeon tiba-tiba tidak bisa dihubungi lagi. Mau tak mau jihyo dan nayeon hanya menuruti permintaan sahabatnya itu.
Sudah 6 hari jeongyeon meninggalkan rumah mina. Ryujin yang ceria kembali menjadi murung karena papanya tidak pernah pulang kerumah lagi. Dia terus bertanya kepada mina, kemana papanya pergi.
Mina sekarang tidak tahu harus berbuat apalagi...dia sudah mencoba menelpon jeongyeon tapi nomor jeongyeon tidak bisa dihubungi lagi.
Dia juga sudah datang kekantor jeongyeon untuk bertanya pada jihyo dan nayeon...tapi sayangnya tidak ada dari mereka yang tahu keberadaan jeongyeon saat ini.
Dia bahkan juga sudah pergi ke apartemen jeongyeon dan hasilnya tetap sama.
Dia ingin memberitahu momo tapi dia takut jika semua orang menyalahkannya...
Dia sekarang juga menyadari kesalahannya. Dia yang membuat situasi kacau seperti ini...dia ingin minta maaf tapi sekarang semuanya sudah terlambat.
Mina pulang dengan wajah lelah karena pusing memikirkan masalahnya dan ryujin.
Sejak kepergian jeongyeon, ryujin selalu mengurung dirinya dalam kamar. Dia bahkan juga tidak mau memakan makanannya. Mina dan bibi choi selalu memaksanya tapi dia selalu menangis dan menolak membuka mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Its Hurt (Completed)
Fanfiction"Kau menikahinya hanya untuk ryujin?" "Benar, itu semua hanya demi putraku, ryujin"