Chapter 4

1K 152 18
                                    

Mina pov

Sudah satu bulan aku hidup dengan jeongyeon. Ya, Yoo Jeongyeon, dia adalah sahabat dari suamiku, dahyun. Mereka berdua sudah bersahabat dari mereka kecil. Dahyun bahkan sudah menganggap jeongyeon sebagai kakak nya sendiri.

Aku sebenarnya tidak pernah menyukai jeongyeon tapi karena dahyun aku berusaha untuk bersikap baik padanya.

Menurutku jeongyeon adalah pria yang aneh....sangat aneh. Diwaktu kami SMA aku sangat sering melihatnya mencuri pandang kearahku, saat dikantin, dikelas bahkan saat aku sedang bersama dahyun. Bukankah itu sangat aneh?

Dan cara dia menatapku sungguh membuatku merasa tidak nyaman dan aku sangat membenci hal itu

Dia selalu menatapku seperti...hmmm....entah lah, aku tidak bisa menjelaskannya.

Aku bahkan tak tau apa yang dipikirkan lelaki itu saat dia mengajakku untuk menikah.

Oh...ayolah, aku ini adalah isteri dari sahabatnya dan aku juga sudah memiliki anak. Bukan kah itu sangat aneh?

Aku sungguh ingin menolak tawarannya itu. Aku tidak ingin menikah lagi dengan siapa pun. Aku yakin aku bisa bertahan walau tanpa dahyun disisiku.

Tapi saat melihat ryujin selalu menanyakan appa nya padaku, sungguh membuatku menjadi tidak tega. Dia selalu bertanya padaku, kapan appanya akan pulang. Aku sungguh tidak tega melihat putra kecilku seperti itu.

Dia belum bisa menerima dan ditinggal dahyun secepat ini, sama seperti diriku. Hatiku menangis saat melihat dia memegang foto dirinya dengan dahyun. Dirinya yang ceria berubah menjadi murung saat ditinggal dahyun.

Tapi semua itu berubah saat jeongyeon datang hampir setiap hari untuk menemaninya. Membuat ryujin kembali   menjadi ceria dan aktif seperti biasanya.

Ryujin selalu bermain bersama jeongyeon, bahkan saat dahyun masih hidup. Ryujin selalu memilih bermain dengan jeongyeon dari pada dengan appanya sendiri, karena dahyun selalu sibuk dengan pekerjaannya.

Ibu benar, ryujin begitu bahagia jika jeongyeon datang kerumah dan bermain dengannya.

Kedekatannya dengan ryujin pun, dapat dilihat oleh semua anggota keluargaku dan bahkan keluarga dahyun juga mengakui kedekatan jeongyeon dengan ryujin.

Hal itu menjadi pertimbangan berat untukku. Hingga akhirnya aku menerimanya. Aku mengatakan pada ibu dan ibu langsung memberitahu keluarga jeongyeon.

Mungkin aku tidak butuh seorang suami, tapi ryujin sangat membutuhkan sosok seorang appa dihidupnya.

Ya karena itu lah aku menikah dengan jeongyeon. Aku menikahinya demi putraku, ryujin. Aku menikahinya agar jeongyeon dapat menggantikan peran dahyun untuk ryujin.

Aku sadar aku sangat melukai hatiya, tapi aku tidak bisa melihat ryujin yang terus menatap sedih kefoto atau videonya bersama appanya.

Aku tau aku egois, tapi aku adalah seorang ibu. Seorang ibu yang selalu menginginkan anaknya bahagia.
.
.
.
.
.
Jeongyeon pov

Aku merasakan sesuatu yang berat berada di punggungku. Aku tersenyum saat mengetahui apa itu. Itu adalah putra kecilku. Dia pasti ingin membangunkan ku lagi. Aku sengaja diam dan pura-pura tidur lagi.

"Papa..." panggilnya sambil menggoyangkan tubuhku.

Aku menahan tawaku saat dia mulai merengek kepadaku.

"Papaaaaaa....ayo bangun...."teriaknya ditelingaku.

Aku yang gemas pun langsung membalikan tubuhku lalu memeluk tubuh kecilnya dan menggelitiki perutnya sehingga membuat dia tertawa terbahak-bahak.

Its Hurt (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang