Chapter 6

1.3K 155 52
                                    

"Aku sudah memberikannya kesempatan unnie, dia saja yang tak menyadarinya!"kesal mina pada momo yang dari tadi terus memarahinya.

"Kesempatan kau bilang! Kau terus-terusan pergi dari rumah, ketika kalian berdua dirumah kau malah bersikap dingin padanya dan bahkan tadi kau dengan santainya bermesraan dengan lelaki lain yang tak lain adalah mantan pacarmu...apa kau tau, jeongyeon tadi melihat semua yang kau lakukan hahh? Tak tahu kah kau bagaimana perasaanya saat melihat isterinya berpegangan tangan dengan lelaki lain didepan matanya sendiri. Aishh...aku benar-benar tak menyangka kau melakukan semua itu pada jeongyeon!" kata momo yang sedang memarahi adiknya.

Momo sengaja ikut dengan mina pergi kerumahnya sehabis pulang dari cafe. Dia ingin memarahi dan menceramahi adiknya itu.

"Aku tidak bermesraan dengan chaeyoung, unnie!" ucap mina membela dirinya.

Mina tak menyangka jika unnienya akan berpihak pada jeongyeon, dia pun tak henti-hentinya membela dirinya.

"Jangan berbohong padaku mina, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri!" kata momo melipat tangan didadanya.

"Setidaknya, kau hargai lah dia sebagai suamimu mina. Belajar lah mencintai dan menerima dirinya!"tambah momo.

Mina terdiam saat mendengar perkataan momo. Mina pun berbalik kearah pintu dapur. Badannya mulai bergetar menahan tangis.

"Aku tidak bisa unnie....aku..."dia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, dia mulai terisak disana.

Bayangan dahyun dan ryujin muncul dikepalanya. Keluarganya yang hidup bahagia akhirnya berubah menjadi menyedihkan saat dahyun meninggalkannya. Walau sudah hampir 2 tahun berlalu ingatan  pada kejadian itu masih melekat dipikiran mina.

Hati momo terasa perih melihat adiknya seperti itu, dia memeluk sambil mengelus lengan adiknya agar merasa tenang.

"Sssttt...tenang lah mina. Setidaknya mulai lah belajar untuk menerima jeongyeon. Dia sangat mencintaimu dan  juga ryujin mina. Walau hal itu sangat sulit untuk mu, tapi tidak ada salahnya untuk mencobanya mina. Aku hanya tidak mau, kau menyesal dikemudian hari karena telah menyia-nyiakan lelaki seperti jeongyeon" mina hanya mengangguk diantara isak tangisnya.
.
.
.
.
.

Jeongyeon akhirnya sampai dirumah mina. Dia melirik kesamping dan senyuman muncul diwajahnya saat melihat putra kecilnya tertidur dengan pulas.

Jeongyeon pun dengan hati-hati melepaskan sabuk pengaman ryujin dan mulai menggendong putranya masuk kedalam rumah mina.

"Kalian dari mana saja?" jeongyeon langsung memegang dadanya.

Jeongyeon yang baru saja membuka pintu dikagetkan dengan suara dan sosok mina yang berdiri tepat didepan pintu sambil melipat tangan diatas dadanya.

"Uh...kau mengejutkanku..." ucap jeongyeon menghela napasnya.

Saat melihat ekspresi terkejut jeongyeon membuat mina merasa badmood, dia bahkan tersinggung dengan ekspresi jeongyeon itu.

"Aku membawa ryujin bermain diseoul land" jawab jeongyeon enteng sambil berjalan kelantai atas untuk mengantar ryujin kekamarnya.

Mina pun mengikuti jeongyeon untuk pergi kekamar ryujin.

"Kenapa kau tidak meminta izin padaku dulu? Tidak tau kah kau kalau aku sangat khawatir dengan keadaan putraku" jeongyeon berhenti melangkah saat mendengar mina mengatakan hal itu padanya.

Jeongyeon berusaha menahan emosinya saat ini, dia tidak mau jika ryujin terbangun karena mendengar perdebatannya dengan mina.

Dia sungguh sangat tersinggung dengan kata-kata yang ditujukan mina padanya.

Its Hurt (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang