Chapter 5

1.1K 150 30
                                    

Jeongyeon menutup laptop miliknya saat melihat jam sudah menunjukan pukul 3 siang. Dia segera merapikan semua berkas yang ada dimejanya. Dia ingin menepati janjinya pada ryujin untuk pulang cepat hari ini.

"Oh...kau sudah siap-siap" kata jihyo yang baru saja masuk keruangan jeongyeon.

Jihyo adalah sahabat sekaligus sekretaris dan asisten pribadinya jeongyeon.

"Iya ji, aku tidak mau ryujin menunggu terlalu lama" kata jeongyeon sambil memasang jasnya.

"Kau benar, jangan sampai kau membuatnya kecewa" angguk jihyo setuju dengan jeongyeon.

"Sudah, aku pergi dulu ya" pamit jeongyeon mengacak rambut jihyo lalu dia lari untuk menghindari amukan jihyo.

"Yaaaakkkkk Yoo Jeongyeon" kesal jihyo.

"Hahahahahaha" tawa jeongyeon sambil masuk kedalam lift.

Jeongyeon sedang mengendarai mobilnya untuk menjemput ryujin yang sedang berada dicafe nya mina. Dia berencana membawa ryujin pergi ke taman bermain.

Dia berharap mina mengizinkannya membawa ryujin. Dia sudah mengirimi mina pesan tapi mina belum membalasnya juga. Dia masih berpikir positif kalau mungkin saja cafe mina sedang ramai sehingga mina tidak dapat memegang hp nya.

Jeongyeon memarkirkan mobilnya didepan cafe mina lalu keluar dari mobil. Tapi langkahnya terhenti saat melihat sosok seorang pria yang sangat familiar baginya. I-itu adalah chaeyoung, cinta pertamanya mina dan juga mantan pacarnya mina.

Jeongyeon terdiam, matanya masih melihat kearah sesuatu yang merebut seluruh perhatiannya dan membuat kelopak matanya berair.

Haisshhhh.....

Dia dengan jelas melihat kedua orang yang dia tahu mantan kekasih itu sedang berpegangan tangan diatas meja.

"Mina bahkan tidak menarik tangannya seperti yang dia lakukan dengan ku" pikir jeongyeon.

Tangan chaeyoung menggengam lembut tangan mina yang ada dibawah tangannya.

Jeongyeon juga ingin memegang tangan mina seperti itu tapi dia selalu takut...bukan karena dia pengecut, tapi karena mina selalu menolak dan menepis tangannya.

"Papa?"panggil ryujin yang sudah berada dibelakangnya bersama momo kakaknya mina.

Momo tadi menemani ryujin untuk membeli ice cream yang berada di sebrang jalan.

Ryujin mendekat dan melihat kearah pandang papanya. Ryujin lalu kembali melihat papanya dan memanggilnya sekali lagi.

"Papa?" panggil ryujin sambil menarik sedikit tangan jeongyeon yang berada didekatnya.

Jeongyeon tersadar dengan kontak kecil yang dilakukan ryujin padanya. Jeongyeon melihat kearah ryujin, mati rasa yang dirasakannya menghilang setelah ia mengedipkan matanya berkali-kali dan menghapus air matanya.

Momo yang melihat itu merasa sangat bersalah pada jeongyeon. Dia sangat tahu kalau mina tidak pernah memperlakukan jeongyeon sebagai seorang suami.

Dia sungguh tidak tega pada jeongyeon, tapi mau bagaimana lagi, mina sangat keras kepala dan tidak pernah mau mendengarkan nasehat yang diberikannya kalau hal itu berkaitan dengan jeongyeon.

Pada awalnya momo berpikir hal itu wajar, karena mina baru saja ditinggalkan dahyun dan harus menikah dengan orang lain yang tak lain adalah sahabat suaminya sendiri.

Tapi sekarang...itu tidak wajar lagi. Hal ini sudah kelewatan, jeongyeon tidak pantas diperlakukan seperti itu oleh mina. Setidaknya dia ingin mina mencoba untuk belajar mencintai dan menghargai jeongyeon sebagai suaminya.

Its Hurt (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang