Chapter 17

1.7K 168 67
                                    

Jalan menuju rumah sakit terasa sangat lama bagi mina. Momo mengatakan pada mina kalau ryujin saat ini berada diruang ICU anak-anak.

Setelah membayar taksi, mina buru-buru masuk kedalam rumah sakit.

Dia menemukan tuan myoui sedang memeluk eommanya diruang tunggu dan juga momo yang sedang duduk dengan wajah lelahnya.

"Eomma" teriaknya berlari lalu memeluk ibunya itu.

Air matanya langsung mengalir deras saat mengingat ryujin yang sedang berada didalam ruangan ICU.

"Apa yang sebenarnya terjadi, eomma?"tanya mina.

"Dia demam tinggi saat kau dan momo pergi ke jeju. Saat tengah malam, ibu terbangun karena ryujin tidur dengan gelisah dan mengigau sambil memanggil jeongyeon"

"Tidak lama setelah itu dia tiba-tiba pingsan. Eomma dan appa langsung saja membawanya kerumah sakit dan dia langsung dibawa keruang ICU"

Nyonya myoui menjelaskan sambil mengusap punggung mina untuk menenangkan putrinya itu. Dia lalu melirik ke sekeliling rumah sakit untuk mencari seseorang.

"Dimana jeongyeon? Apa dia tidak ikut denganmu?" tanya nyonya myoui yang bingung karena mina datang sendirian ke rumah sakit.

Mina kembali menangis dan memeluk tubuh eommanya dengan erat. Dia menggelengkan kepalanya sambil menjelaskan pada eommanya.

Nyonya dan tuan myoui hanya diam menundukan kepala. Mereka berdua merasa kecewa pada menantunya yang masih kekeh untuk bercerai dengan mina.

Tapi mereka juga tidak bisa menyalahkan menantunya itu karena semua ini terjadi juga karena putrinya yang sudah mengecewakan dan menyia-nyiakan lelaki seperti jeongyeon.

Jeongyeon pov

Kepalaku terasa seperti dipukul pemukul baseball, sakit tapi entah kenapa aku lebih suka merasakan hal ini jadi aku bisa fokus pada rasa sakit di kepalaku dari pada rasa sakit dihatiku.

Aku bisa merasakan bahwa tubuhku terasa lebih ringan, seperti aku sedang berada diatas awan dan tidak menyentuh tanah.

Aku mencoba duduk disamping tempat tidur sambil memijit dahiku. Aku bisa mendengar langkah kaki datang kearahku dari pintu, aku pikir itu jihyo.

Aku menyipitkan mataku dan menggelengkan kepalaku sedikit agar pandanganku tidak terlalu kabur.

"Ini sudah waktunya minum obat, jeong"

Jihyo memberiku beberapa pil untuk menghilangkan sakit kepala yang sedang menyiksaku saat ini.

Aku langsung menelannya dan mendorongnya dengan air putih yang diberikan jihyo padaku. Aku kembali berbaring dan menutup mataku kembali.

"Jeong...aku tau ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya padamu...hmmm tapi...apa kau tadi malam tidur dengan sana?"

Aku kembali membuka mataku saat mendengar pertanyaan jihyo.

Ya tuhan...kenapa aku bisa melupakan hal itu?

"Aku tidak tahu..." ucapku dengan jujur.

Aku merutuki diriku karena sudah lepas kendali seperti tadi malam. Bagaimana mungkin aku bisa tidur dengan wanita lain saat aku masih menjadi suaminya mina.

"Jika bukan sana...emmm apa dengan mina?"

Aku sontak duduk dari tempat tidurku saat mendengar nama mina. Aku menggelengkan kepalaku karena merasa hal itu tidak mungkin terjadi.

"Apa kau bercanda ji? Hal itu tidak akan mungkin terjadi. Mina tidak akan mau melakukannya denganku..." ucapku.

Jihyo hanya mengangkat bahunya sambil berseringai padaku.

Its Hurt (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang