Bab 12: Gagal dalam Rencana

729 99 16
                                    

Draco melangkah sembari mengamati sekitar dengan hati-hati. Keadaan Manor sepi, tidak ada tanda-tanda bahwa ada banyak orang yang datang seperti kesaksian Wrinkle. Draco tahu jika Peri-Rumah itu tidak akan berbohong pada majikannya. Maka dari itu Draco bisa mempercayainya seratus persen atas kesaksian tersebut.

Hening, hanya ada suara rintik hujan dari luar. Jendela-jendela besar menampakkan pemandangan matahari terbenam yang indah. Sisa sinar mega merah menerobos masuk, memantul ke dinding dan lantai yang terbuat dari marmer hitam, membuat kesan suram nun jelita tergambar. Jarang sekali Draco melihat langit memancarkan warna sedemikian cantiknya.

"Matahari merah telah menampakkan diri. Banjir darah akan tumpah malam ini," ujar Draco dalam hati.

Kalimat itu berasal dari sebuah kutipan buku yang pernah Draco baca. Entah itu adalah fakta yang akan terjadi atau bukan, yang jelas saat ini Draco akan berhadapan langsung dengan Pengikut Voldemort. Tak dapat dipungkiri bahwa kemungkinan pertumpahan darah bisa saja terjadi. Mereka adalah penyihir hitam yang tak akan segan menggunakan cara apa pun untuk melawan orang yang menghalangi perbuatan mereka.

Kesunyian yang tidak mengenakkan ini membuat pikiran Draco bercabang. Dia menduga, selain perkiraan mereka masih ada di Ruang Keluarga, apakah para Pengikut Voldemort sudah berhasil pergi ke masa lalu menggunakan Pembalik Waktu. Manor sepi, dan itu mungkin saja terjadi. Sekarang perasaannya menjadi panik. Dugaan-dugaan yang berdesing di kepala membuat perutnya melilit tak karuan.

Meski begitu, Draco berusaha untuk tidak lengah dan tetap fokus. Instingnya berkata bahwa dia masih belum terlambat dan berusaha yakin dengan itu. Dengan langkah setenang bayangan, Draco mengarah terlebih dahulu ke Ruang Keluarga untuk memastikan. Walaupun takut, dia lebih banyak berharap Pengikut Voldemort masih ada di tempat itu. Karena lebih baik baginya untuk menghadapi mereka secara langsung daripada menyaksikan mereka telah berangkat melakukan misi.

Irama jantungnya meronta lebih cepat. Dia benar-benar takut saat ini. Suatu perasaan yang tak dapat dielakkan. Hanya orang kelewat bodoh yang tidak punya perasaan seperti itu ketika mengetahui akan berhadapan dengan banyak penyihir hitam. Draco sangat tahu bahwa para Pengikut Voldemort tidak akan segan menggunakan Kutukan-Tak-Termaafkan untuk menyerang.

Tangannya mencengkeram erat tongkat sihir yang basah oleh keringat. Benda itu terarah lurus ke depan, siap untuk menyerang jika sewaktu-waktu ada yang datang. Namun, situasinya masih tak berubah sedikit pun, yakni tetap tak ada tanda-tanda kehadiran seorang pun di Manor.

Pintu Ruang Keluarga tampak tertutup rapat. Draco mendekat, berusaha mendengar suara apa pun yang mungkin muncul dari dalam. Saat dia menempelkan telinganya di daun pintu, dia tak mendengar apa pun. Draco berpikir, mungkinkah mereka telah memasang mantra "Imperturbable" atau Mantra Kedap Suara yang sejenis untuk menghindari penguping.

Maka satu-satunya cara nekat yang Draco lakukan adalah memberanikan diri membuka pintu walau hanya sedikit, membuat celah sempit yang sekiranya bisa digunakan untuk mengintip dengan meminimalisir risiko agar tidak ketahuan. Jantungnya berdetak semakin cepat hingga membuat dadanya nyeri oleh rasa cemas yang berlebih.

Anehnya, tak terlihat apa pun di sana selain sebuah meja panjang dan deretan kursi kosong yang mengelilingi sisinya. Piring dan piala bekas hidangan pun tak ada. Bersih, seperti tak ada makhluk hidup yang berada di sana sebelumnya. Derik api yang berkobar dalam perapian teredam oleh bunyi hujan dari luar.

Draco semakin merasa jika ada hal aneh yang sedang terjadi. Atmosfer yang dia rasakan terasa lain. Justru ketiadaan orang-orang itu semakin membuatnya takut. Pertanyaan demi pertanyaan semakin menggebu di dalam diri. Dia panik dan bingung memikirkan langkah apa yang harus dilakukannya saat ini.

Harry Potter and The Time TurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang