Bab 13: Bangun dari Mimpi

745 125 30
                                    

"Bangun..." Sebuah suara berbisik di telinga.

"Bangun, Tukang Tidur!"

Draco berbaring dengan mata terpejam rapat. Kata-kata yang didengarnya serasa merambat pelan sekali dari telinga ke otak. Pelupuk matanya terlalu berat untuk dibuka. Dia ingin terus berbaring sambil terpejam untuk selamanya. Namun, suara lembut itu berkali-kali menggelitik telinganya.

"Bangun, Draco Malfoy!"

Suara lembut itu seolah tak bisa ditolak. Instruksinya membuat tubuh Draco otomatis bergerak, dimulai dari pelupuk matanya yang perlahan terbuka. Semuanya tampak putih dan penuh cahaya. Dia tidak bisa menduga dengan pasti di mana keberadaannya sekarang.

"Kau—sudah bangun?" bisik suara itu lagi. Suara itu tak asing bagi Draco, tetapi nada bicaranya tidak seperti yang pernah dia dengar. "Lihatlah aku!"

Kepala Draco otomatis menoleh ke sumber suara. Ada seorang gadis yang tengah duduk bersimpuh di sebelahnya. Rambut hazelnya megar tertiup angin samar dan kulitnya putih bersih bagai porselen. Gadis itu memakai gaun panjang dengan warna seputih salju. Namun, wajahnya ditutupi oleh cahaya. Draco belum bisa mengetahui siapa di balik cahaya itu.

"Apakah—apakah aku sudah mati?" tanya Draco. Karena yang dia bisa lihat selain gadis itu adalah tempat yang putih bersih tanpa ada apa pun, dan dasarannya—tempat dirinya berbaring, lembut seperti tumpukan kapas.

Gadis itu mencondongkan tubuhnya. Wajah yang tadinya tertutup cahaya kini tampak jelas di mata Draco. Wajah mereka saling berhadapan. Sangat dekat, hingga Draco bisa merasakan hangatnya deru napas gadis itu.

Manik kelabu Draco melebar. Di hadapannya saat ini yang terlihat jelas dan dalam hanyalah manik madu yang sedang beradu pandang dengan miliknya. Hermione Granger tersenyum, mencondongkan tubuhnya lebih dekat hingga dahi mereka saling menempel.

"Her—mione..." desis Draco dalam ketidakpercayaan. Jika Hermione tampak begitu nyata di hadapannya, apakah itu berarti dirinya sudah mati?

"Terima kasih karena selalu mengingatku, Draco," balas Hermione.

Penyebutan nama depan Draco dari mulut Hermione terasa sangat istimewa. Perutnya menggeliat menahan rasa bahagia. Dia tidak tahu apakah yang sedang terjadi saat ini adalah nyata atau sekadar ada dalam pikirannya. Lagipula, dia tidak peduli. Dia ingin terus berada dalam posisi seperti ini.

"Tetapi... ini belum saatnya. Kau harus kembali," kata Hermione.

Setelah mengatakan kalimat tersebut, gadis itu mundur beberapa senti tanpa melepas pandangannya dari manik Draco. Kulit mereka tak lagi bersentuhan dan itu menyisakan rasa janggal yang tidak diharapkan Draco. Dia ingin berkata "jangan pergi", tetapi tak satu pun suara yang dapat keluar dari bibirnya.

"Yes, Draco. Kau harus kembali sekarang," kata Hermione lagi. Bibirnya melengkung membentuk senyuman tenang. "Kau harus kembali! Mereka membutuhkanmu."

Tiba-tiba suara Hermione terasa sangat jauh. Sosok gadis itu pun menghilang dalam satu kedipan mata. Draco celingukan, berharap bisa melihat sosok itu lagi. Namun, nihil. Yang ada dalam jangkauan pandangannya hanya tempat serba putih ini.

Draco berusaha memanggil-manggil nama gadis itu dengan sekuat tenaga.

"Hermione..."

"Hermione..."

"Hermione..."

Berjam-jam kemudian, Draco mendadak terbangun sembari mengaduh kesakitan. Kepalanya terasa sangat nyeri. Tulang tengkoraknya seperti luluh lantak. Dia mencoba membuka mata, tetapi usaha yang dilakukannya itu justru membuat kepalanya semakin sakit.

Harry Potter and The Time TurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang