Bab 20: Tabu Terucap

747 98 10
                                    

"Nah, Lucius," desis mirip ular itu mengoyak jantung siapa pun yang mendengarnya. "Ada banyak hal yang mengganjal pikiranku."

Suara yang keluar dari mulut Harry saat ini terdengar sangat berbeda--seperti pada saat pikirannya terkoneksi dengan milik Voldemort. Lafaznya dalam, lirih mengancam, dan penuh kebencian. Seolah tiap kata yang terucap darinya adalah kutukan-kutukan kematian yang siap membunuh si lawan bicara.

Sosok yang diajak bicara oleh Pangeran Kegelapan menjawab tanpa mengangkat kepalanya lebih tinggi. "Apa itu, Tuanku?"

Lucius menegang di tempat. Kemarin Voldemort telah berhasil melakukan Legilimensi terhadapnya. Sekarang Pangeran Kegelapan tahu segalanya: mulai dari alasan dari tercetusnya ide gila Lucius dan antek-anteknya, hingga yang terakhir kaburnya mereka dari kepungan para Auror dan Harry Potter.

Ya, Harry Potter, bocah codet yang menjadi rival utama Pangeran Kegelapan masih hidup hingga lima tahun ke depan. Sedangkan dirinya--melalui memori Lucius--mengalami kekalahan dan gugur bagai manusia fana. Hal yang paling Voldemort benci dari semua kenyataan yang terkuak. Dia menjadi marah dan gampang tersulut sewaktu-waktu. Perasaannya dipenuhi kepanikan dan rasa takut yang tak dapat dipungkiri. Pikirannya mabuk oleh bayangan kekalahannya yang terekam dalam memori yang baru saja dilihatnya.

"Kenapa--" Harry yang sedang berada dalam sudut pandang Voldemort berkata dengan tercekat, "aku mengalami hal aneh akhir-akhir ini?"

Lucius tampak kebingungan, takut salah-salah bicara. Dia mengangkat kepala sedikit, melirik tuannya dari balik rambut depannya yang menjuntai.

"Koneksi pikiran yang terjadi antara aku dan Potter," Harry-Voldemort melanjutkan, seperti tidak menunggu jawaban Lucius, "sekarang terasa sangat aneh."

"Tuanku?" Lucius langsung menyahut dengan takut-takut. "Pardon, tapi tidak biasanya Anda memberitahu kami perkara hal pribadi tersebut."

Harry-Voldemort memutar badannya perlahan, menghujam Lucius dengan tatapannya yang bagai ular haus darah. Lucius segera menyembunyikan wajahnya kembali. Tangannya gemetar menahan rasa takut yang sedari tadi ditahan. Dirinya berpikir, mungkin sebentar lagi akan ada Kutukan Cruciatus melayang ke arahnya.

Namun, sedetik dua detik tak ada yang terjadi. Lucius kembali memberanikan diri melirik. Sosok Voldemort kini tak lagi menatapnya, melainkan memandangi jemarinya yang panjang dan ringkih, pucat, dan sewarna mayat. Harry--dari sudut pandang Voldemort--merasakan hal aneh sedang terjadi pada dirinya, dan itu bukanlah pertanda yang baik.

"Barangkali kau bisa menjelaskan, apa yang terjadi terhadapku akhir-akhir ini," kata Harry-Voldemort. "Ada yang tidak beres dengan koneksi pikiran ini. Seperti ada satu koneksi pikiran lagi yang mengganggu, yang tiba-tiba ikut bergabung. Rasanya seperti saat kau melihat sebuah adegan yang diselipi adegan lain. Namun, aku tidak bisa melihat dengan jelas koneksi yang satu ini. Saat aku berusaha, yang ada hanyalah--entah aku harus menyebutnya apa. Aku belum pernah merasakan hal seperti ini sejak menyadari terdapat koneksi pikiran antara aku dan Potter."

Lucius membungkuk lebih rendah, merespons perkataan tuannya. "Maafkan saya, Tuanku. Tapi sungguh saya tak tahu apa-apa mengenai hal tersebut," suara Lucius terdengar gemetar. "Mungkin... mungkin orang seperti Bellatrix atau Snape yang jauh lebih mengerti perkara seperti itu."

Pupil mata Harry-Voldemort yang vertikal dan merah terang--menyala dalam cahaya remang ruangan. Dia menangkap sosok Lucius dengan ekspresi yang tak tergambarkan.

"Kau... padahal aku sudah mempercayaimu sepenuhnya, Lucius. Justru karena hal tersebut aku memutuskan membicarakan ini denganmu. Apakah pertanyaanku ini menyusahkanmu, sampai kau menyarankan untuk bertanya kepada orang lain?" kata Harry-Voldemort.

Harry Potter and The Time TurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang