Bab 26: Kabur dari Pertempuran

961 82 22
                                    

Matahari bersinar terik di atas sana. Langit biru terhampar tanpa batas, dengan gumpalan-gumpalan awan menjadi hiasannya. Cuaca sangat cerah dan ceria. Angin hangat nun sejuk mengalun dengan lembut. Hermione menatap heran ke sekelilingnya, bertanya-tanya tempat apa ini.

Gadis itu sedang berdiri di sebuah padang rumput terbuka yang sangat luas. Rumput-rumput di bawahnya terpangkas rapi, seperti ada tukang kebun yang ditugaskan untuk merawatnya dengan rutin. Kakinya yang tak beralas merasakan basah embun yang tersisa.

Hermione menunduk, mengamati penampilannya yang terasa berbeda. Memang benar, saat ini dia mengenakan gaun putih dengan aksen hijau muda samar yang indah. Kainnya lembut dan berbahan ringan. Modelnya sangat sederhana, tetapi mampu membuat si pemakai merasa anggun. Lengannya panjang dengan ujungnya yang berbentuk menyerupai kuncup bunga. Bagian bawahnya jatuh hingga bawah lutut, tapi tak sampai menyentuh mata kaki.

Rambut Hermione juga dalam kondisi berbeda dari biasanya. Sebagian helainya terjalin dalam simpul indah yang kemudian terhubung satu sama lain hingga ke rambut bagian belakang yang terurai. Dalam keadaan biasa, rambut Hermione akan susah diatur, tapi kali ini rambutnya terasa bagus. Mengembang, dalam arti bergelombang rapi.

Aura sihir dapat dirasakan tatkala embusan angin keras baru saja menerpanya. Tiba-tiba Hermione teringat dengan sosok Draco Malfoy yang sebelum ini pergi bersamanya. Dia menoleh ke segala arah dengan panik, berusaha mencari tahu apa yang terjadi, di mana dia sekarang, dan prioritasnya adalah menemukan Draco.

"Malfoy," Hermione berteriak keras, suaranya menyebar ke segala arah.

Tak ada tanda-tanda manusia lain di sekitarnya.

Namun, Hermione tak putus asa. Dia berlari meski tak tahu ke mana dia harus pergi. Ke mana pun, asalkan bisa menemukan sosok Draco atau manusia lain di tempat itu. Dia merasa sendiri dan sepi, padahal tempat itu sangat hangat dan indah.

Sayangnya, ke mana pun Hermione berlari, dia tak menjumpai satu orang pun. Napasnya tersengal dan dadanya sesak. Dia jatuh berlutut dengan kepala tertunduk, berusaha mengatur napas. Di tengah-tengah derak napasnya yang keras, ada suara lain, seperti langkah seseorang yang menginjak rerumputan.

Hermione mengangkat kepalanya dengan semangat. Dia hendak memanggil nama Draco dengan perasaan lega, tetapi justru yang berdiri di hadapannya kali ini bukan pria itu, melainkan seorang pemuda berambut merah; jangkung; dengan bintik-bintik di sekitar hidungnya.

"Akhirnya aku menemukanmu," kata Ron Weasley, dengan senyum penuh kerinduan.

Seharusnya Hermione merasa senang karena bisa bertemu kembali dengan orang yang telah dicarinya selama beberapa hari ini. Namun, dia sendiri bingung, lantaran perasaan lega yang tadi sempat mampir lekas sirna karena mendapati orang tersebut adalah Ron. Senyum merekah yang tadi hampir dipasangnya perlahan surut, digantikan oleh lengkungan garis tipis yang bahkan tak bisa dikatakan sebagai senyuman.

"Ron," panggil Hermione, anehnya dia merasa hampir tidak senang. Bahkan kalau boleh jujur, dia ingin sosok Ron digantikan oleh Draco. "Kau kembali, selamat datang." Hanya itu yang mampu dia ucapkan dengan terbata-bata.

"Apa kau senang melihatku kembali?" tanya Ron.

Hermione menatap sosok tersebut dengan sendu. Pemuda itu tampak bersinar dan tampan. Bajunya yang lusuh kini digantikan oleh setelan jubah berwarna gelap yang terkesan mewah. Ron tampak berbeda dengan penampilannya, bahkan Hermione sendiri belum pernah melihatnya seperti sekarang ini.

Sebuah anggukan kepala digunakan sebagai isyarat jawaban oleh Hermione. Meski begitu, Ron tampak sangat puas dan tersenyum tulus. Kedua matanya tampak berkaca-kaca, mungkin terharu dan hampir menangis saking bahagianya.

Harry Potter and The Time TurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang