"Cover, Kata pengantar, Isi orang itu tenyata beda-beda kayak bhinneka tunggal Ika."
—YOGA
___________
Laura sekarang tengah berkemas-kemas di bagian instalasi farmasi di Puskesmas untuk pulang karena jam menunjukkan pukul setengah satu siang. Elang masih di ruangannya karena banyak pasien yang terkena sakit gigi. Dan rata-rata ibu-ibu dan gadis remaja desa pasiennya.
"Jeje ngambek nggak ya?" Gumam Laura yang memikirkan suaminya karena masalah sepele tadi pagi.
Dia kemudian menyalakan handphonenya untuk melihat foto keluarga kecilnya yang sedang bertamasya di sofa ruang tengah rumah mereka. Dia tersenyum geli saat melihat Aurora tengah melipstiki suaminya.
"Neng boleh minta nomer teleponnya?" Tanya salah satu bujang desa ke Laura.
Laura kaget karena tiba-tiba ada lelaki sepertinya lebih muda darinya, kemudian memasukkan kembali handphonenya ke dalam tas "Maaf nggak punya telepon."
"Masa orang kota tidak memiliki nomor telepon?"
Laura sedikit tidak suka dengan penampilan lusuh pria yang meminta nomor teleponnya "Ada nya nomor WhatsApp emang kenapa?"
"Wasap teh apa neng?"
"What's itu apa app itu aplikasi jadi kalau di gabung aplikasi apa. Nggak tau? Fix anda kolot." Balas malas Laura langsung menghindari pria itu.
"Dasar Sombong eu."
Feby dan kawan-kawan tengah mencari Laura di puskesmas karena ada seorang ibu muda yang akan melahirkan. Laura tidak sengaja berpapasan dengan mereka.
"LAAAAA TOLONG ADA YANG MAU KEBROJOLAN!!" Teriak Hana panik membuat Laura menutup telinganya.
Feby menghampiri dan mengguncang tubuh Laura "La please Lo harus tolongin nih orang, disini belum ada bidan adanya dukun beranak jadi Lo harus jadi bidan dadakan."
Laura merengut bingung dia bukan bidan dia hanya calon apoteker "Bukan jurusan gue feb, Mending minta tolong elang."
"Elang dokter gigi la masa iya ibunya mau beranak gigi." Balas Hana membuat mereka terbengong.
"Argh tolonggg saya neng mas." Teriak ibu yang akan melahirkan di dalam gerobak yang di dorong yoga dan chris.
Laura terbelalak saat melihat itu betapa mirisnya desa ini fasilitas puskesmas pun tidak memadai "Kalian daritadi bawa ibu ini pake gerobak?"
Mereka semua serempak mengangguk beserta kelima tuyul "Iya la ayo tolongin gece kasihan ibunya."
"Kenapa nggak Regan aja? Dia kan dukun." Balas Laura dengan watadosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN PBB S2 [End]
Humor[END, ⚠️ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ‼️] Menceritakan pasutri bar-bar yang mengajak anak mereka untuk menemani mereka KKN dan kelompok 97'3 harus kuat mental dalam mengurus kelima tuyul yang hiperaktif. "KKN KOK BAWA LIMA TUYUL?" SAMBUNGAN CERITA DARI PA...