Chapter 34 : Pendekatan

382 74 26
                                    

Watcher berada di kamarnya, mengerjakan beberapa yang tertinggal dan mengurus akomodasi dua anggota baru Asosiasi Gourmet.

Dia sebenarnya ingin membicarakan sesuatu dengan pria itu untuk mengetahui sikapnya terhadap pembicaraan tadi malam. Namun, Watcher harus berhati-hati untuk tidak menunjukkan lebih banyak perhatian.

Musuh dan sekutu. Keduanya bisa tertukar kapan saja dan di mana saja. Di kolam berlumpur ini, dia tak bisa sepenuhnya mempercayai siapapun, bahkan mungkin seseorang yang disebut sebagai sahabatnya.

Di samping itu, ingatannya yang tak lengkap turut menambah masalah kepercayaan. Watcher mempertahankan fasad tenang di permukaan, tetapi dia sejujurnya merasa agak cemas.

Efek obat itu hilang dalam semalam ketika dia tidur, dia tak tahu mengapa itu terjadi. Dia mungkin harus menemui Ibu angkatnya untuk mengkonfirmasi apakah obat yang dia minum berbeda dari sebelumnya.

Emosinya yang dimatikan mulai menyeruak, dia membutuhkan pil penenang lebih banyak dibandingkan dulu. Di laci kamarnya, beberapa toples pil penenang dalam berbagai bentuk hampir separuhnya kosong.

Luka di perutnya belum mengering, dengan dia yang terlalu banyak berpikir dan menyebabkan tubuhnya tegang, luka itu terbuka dan darah merembes melalui perban.

Watcher mendecakkan lidahnya sambil menaruh laptop ke samping dan beranjak dari tempat tidurnya.

Dia ingin mengganti perbannya, tetapi tak menemukan kotak pengobatan yang biasa di kamar ini. Watcher mengerutkan keningnya, merasa ada yang salah.

Dia keluar dari kamar untuk mencari Sun dan bertanya kepadanya tentang ini. Pada saat dia akan menuruni tangga, dia melihat pria itu, dia merasa aneh jika menyebut namanya, jadi dalam hati, dia selalu memanggilnya pria itu.

"Kenapa kau di sini?" Setelah keterkejutan sesaat, Watcher bertanya dengan suara dingin.

Pria itu, Yoo Jonghyuk, membawa kotak pengobatan yang dia cari. Tidak, lebih tepatnya, kotak itu tampak baru diambil dari gudang. Itu berarti Sun tidak mengharapkan siapapun terluka parah dalam penyergapan yang direncanakan dengan cermat.

Satu-satunya yang terluka hanya Watcher. Oleh sebab itu, Yoo Jonghyuk langsung mengajukan diri untuk membawakan kotak pengobatan baru, sementara yang digunakan sebelumnya sudah dibuang.

"Aku akan membantumu mengganti perbannya."

Ini siang hari, jadi waktu penggantian perban adalah tiga kali sehari agar luka tidak terinfeksi.

Watcher linglung seraya memiringkan kepalanya, kemudian dia mengangguk dan kembali ke kamarnya. Yoo Jonghyuk mengikuti dengan perasaan senang dan lega.

Yoo Jonghyuk takut kalau Kim Dokja akan menolaknya dan menghindarinya terang-terangan, tetapi tampaknya tidak demikian. Mungkin itu disebabkan apa yang dia bicarakan dengan Kim Dokja kemarin malam.

Sesampainya di kamar yang memiliki aroma obat penenang yang disamarkan oleh lilin aromaterapi, Watcher berbalik dan tiba-tiba berbicara dengan nada yang sedikit hangat, "Aku sudah menyelidiki tentangmu, sepertinya kau memiliki konflik pribadi dengan Olympus. Olympus adalah salah satu kelompok itu, dan kita berada di pihak yang sama. Oldest Dream dan Asosiasi Gourmet. Keduanya ada dalam pengelolaanku. Jika kau mempunyai sesuatu yang kau butuhkan, kau bisa memberitahuku. Tentu saja, tidak gratis."

Yoo Jonghyuk tidak menjawabnya, justru melemparkan pertanyaan dengan ekspresi tenang, "Apakah kau sudah memiliki kekasih?"

Itu tembakan lurus. Watcher tercengang dan matanya diliputi kebingungan. Beberapa detik kemudian, dia tertawa tanpa suara.

"Tidak, belum. Apa kau tertarik padaku? Maaf, tapi aku harus memprioritaskan kehidupan daripada perasaan." Watcher duduk di ranjangnya dan membalas dengan nada bercanda.

Yoo Jonghyuk mengerutkan bibirnya, membentuk lengkungan ke atas yang tipis. Dia tadi hanya ingin tahu dan tidak berharap mendapatkan jawaban seperti itu.

Dia meletakkan kotak pengobatan yang dibawanya ke sisi Watcher. Lalu, berbisik dengan serius, "Bagaimana jika setelah semuanya selesai, maukah kau mempertimbangkanku?"

Yoo Jonghyuk entah kenapa ingin menggodanya, meski dia tahu tindakannya tidak sesuai karakternya.

Watcher menaikkan alisnya, terkejut. "Aku pikir kau bercanda."

Dia segera mengganti topik sambil membuka kancing kemeja dan menunjukkan luka yang diperban di perutnya. "Kau adalah saudara kembar Plotter. Aku tahu kau dan dia sama sekali tidak mirip, tapi kau pasti memiliki keunikan tertentu sehingga Plotter memaksaku menerimamu dalam misi berikutnya."

Gerakan Yoo Jonghyuk berhenti setelah mendengar berita itu. Dia akan melaksanakan misi bersama Watcher, tidak, Kim Dokja? Dia baru saja mengetahui ini!

Seolah membaca pikirannya, Watcher tersenyum tipis. "Aku baru memutuskan untuk menyetujuinya sekarang, jadi kau yang pertama tahu. Detailnya akan ada malam nanti. Baiklah, bantu aku mengganti perban."

Ini pertama kalinya dia berinisiatif untuk meminta seseorang membantunya merawat luka saat dia sadar. Biasanya, orang-orang yang membantunya akan melakukan itu tanpa bertanya padanya apakah dia mengizinkan mereka meraba tubuhnya.

Yoo Jonghyuk menyembunyikan kegembiraannya dan tetap memasang wajah serius. Dia hendak menyuruh Kim Dokja untuk meluruskan posturnya, tetapi dia tiba-tiba membeku. Itu karena darah merembes di perban dan tampak mengerikan.

Watcher juga melihatnya, dia menyobek perban dan membuka kotak untuk mengambil kapas. Tangannya dihentikan oleh telapak tangan yang kokoh dan kasar, Watcher menatap pria itu sejenak sebelum membiarkannya merawat lukanya.

Yoo Jonghyuk membersihkan darah dengan kapas perlahan-lahan dan teratur, dia dengan lembut menekan luka agar darahnya tidak keluar lagi, kemudian mengganti perbannya.

Saat dia tanpa sengaja bersentuhan dengan kulit yang tipis dan halus itu, tangannya sedikit gemetar, tetapi itu hanya sesaat yang tak diperhatikan Watcher.

Yang terakhir sibuk mengagumi wajah tampan di depannya yang terlihat mengkhawatirkannya. Setelah efek obat itu hilang, Watcher mendapatkan kembali perasaan kekaguman murni terhadap penampilan seseorang.

Dia tidak bodoh atau bebal untuk memahami perasaannya sendiri saat efek obat itu tidak lagi berpengaruh.

Namun, kekaguman yang dia anggap murni saat ini mengandung sesuatu yang lain, Watcher segera menepis perasaan aneh itu sebelum berkembang lebih jauh. Akan tetapi, tampaknya sangat sulit melakukan itu.

Beberapa menit berlalu, Yoo Jonghyuk mengangkat pandangannya dan sedikit terkejut karena menerima tatapan kosong dari Watcher.

"Kim—Watcher?" Yoo Jonghyuk cepat mengubah panggilannya, dia menduga Watcher pasti tidak nyaman dipanggil nama itu. Reaksinya sebelumnya sudah jelas.

Watcher tersadar, dia menutup matanya dan menghela napas pelan. Sudah lama dia tidak bertingkah begitu rapuh di depan seseorang.

"Terimakasih, aku harus mengadakan pertemuan dengan anggota lama. Kau bisa bersantai sampai malam nanti." Watcher menjauhkan wajahnya yang begitu dekat dengan pria itu, dia membasahi bibirnya yang kering, kemudian berdiri.

Tentunya, Yoo Jonghyuk takkan melepaskan kesempatan saat melihatnya gugup. Dia memegang pergelangan tangannya dan bertanya dengan suara rendah, "Apa kau merasakan sesuatu padaku?"

Watcher menegang, dia menarik tangannya dengan paksa dan berjalan pergi tanpa menoleh ke belakang.

Dia tidak ingin tahu apa yang dipikirkan pria itu, dia berpikir ulang untuk menghindarinya dan menyesal karena membiarkannya mendekat sebelumnya.

***

Halo, sudah 20 hari lamanya tidak update ff ini, hehe... Maafkan aku, karena harus mengurus beberapa hal dan mood menulis yang sulit kudapat jadi baru sekarang lanjut. Terimakasih sudah menunggu~

Fanfic ORV : SalvationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang