Chapter 17 : Berapa Banyak Wajah yang Kau Miliki?

610 145 11
                                    

"Kau tahu itu aku." Pria yang seluruhnya tertutup pakaian hitam bahkan memakai masker memastikan, dia adalah Watcher.

Plotter dengan wajah penyamarannya mengetuk sandaran kursi kayu yang tidak nyaman di markas kecil Oldest Dream. Kelompok mereka mempunyai banyak markas, tetapi yang menjadi andalan dan yang paling aman adalah tempat kecil ini, tempat Conqueror King sebelumnya yang dipaksa datang setelah kurang lebih satu bulan keluar.

Watcher mengamatinya dengan cermat termasuk kulit, alis, dan kumis palsu yang ditempelkan di wajah Plotter, kemudian secara tiba-tiba bertanya, "Berapa banyak wajah yang kau miliki?"

Ditanggapi dengan dengusan satu-satunya pendengar di ruangan kecil berpenerangan lampu kuning yang bergoyang di atas meja di tengah mereka.

"Itu pertanyaanku. Sampai sekarang, aku tidak tahu siapa kau sebenarnya, bukan sebaliknya," sindir Plotter yang memutuskan menyingkirkan penyamarannya, toh tak ada gunanya di depan Watcher.

Watcher terkekeh jelas dari balik masker hitamnya, dia selalu mengenakan masker sejak pertemuan mereka sesudah perpisahan empat tahun lalu.

"Sudah kubilang, sesuai kesepakatan kita, aku akan menjaga keselamatan saudaramu tersayang, lalu kau menjaga sahabatku," ucap Watcher dengan nada ramah yang dibuat-buat.

"Dan." Dia melanjutkan setelah jeda sesaat. "Ketika aku kembali dari ekspedisi berbahayaku, kau akan mendapat lebih banyak kejutan, Plotter. Ngomong-ngomong, sudahkah aku memberitahu bahwa aku berutang nyawa padamu?"

Hal itu menyebabkan Plotter terlonjak dari duduknya. "Berutang nyawa? Jangan melawak!"

Namun, Watcher tidak bercanda saat ini. Itu adalah waktu lampau ketika dia pertama kali terjun ke dalam dunia bawah. Meskipun secara tidak langsung, Plotter telah menyelamatkan nyawanya. Dan akhirnya dia memilih jatuh lebih dalam ke sisi tergelap dunia, alasannya? Watcher hanya menerima respon singkat dari Ibunya di penjara Soedaemun.

"Ibu, seharusnya aku lah yang berada di balik jeruji besi ini. Dan kau bisa hidup lebih baik di luar," katanya tanpa ekspresi.

Ibunya, Lee Sookyung mendongak menatapnya dari balik kaca yang membatasi mereka.

"Tidak, Dokja."

Dia membantah, "Kenapa? Itu benar bahwa aku yang melakukannya?! Lalu kenapa? Bahkan masyarakat tak menerimaku!!! Aku seperti kecoa yang ingin mereka habisi!" Suara kerasnya bergema, cukup mengkhawatirkan sipir di luar ruangan.

"Dokja, apa kau menjadi penjahat?" tanya Lee Sookyung.

Dan dia tidak melihat sekilas ekspresi khawatir di wajah Ibunya itu. Namun, dia tetap menjawabnya dengan senyuman palsu, selalu.

"Aku tidak tahu, mungkin iya dan mungkin tidak."

Dia berdiri dengan rasa kekecewaan. "Aku tidak bisa menemuimu lagi," putusnya sambil membalikkan badan.

Saat itu, dia berharap Ibunya akan memberikan larangan atau saran atau apapun untuknya agar dia tidak terjerumus lebih dalam. Sayangnya, segala harapannya selalu terkhianati.

Watcher menatap Plotter yang masih terkejut dengan sorot dingin sebelum menyahut, "Masa lalu hanyalah masa lalu, kenapa harus berlama-lama dengan itu? Aku ke sini untuk memberitahumu kesepakatan kita yang baru. Ah, aku sudah meminta seseorang untuk membersihkan seluruh jejak saudaramu dari dunia bawah dan mengalihkan perhatian 'mereka'."

Watcher ikut berdiri seolah semua yang ingin dia katakan telah selesai. Plotter merasakan hal yang berbeda dari orang di depannya, benar-benar berbeda dari orang yang menerobos markas kelompok musuh dengan strategi nekat, tetapi berhasil.

Fanfic ORV : SalvationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang