Chapter 38 : Pelatihan

261 56 8
                                    

Gerakan gesit yang menyapu terhempas oleh tendangan yang kuat. Suara tulang dan otot beradu terdengar, memar pun muncul sebagai residu dari pelatihan antara dua orang yang hampir sama kuatnya.

Pelatihan dilaksanakan di atap markas, berbeda dengan pelatihan biasa karena mereka hanya berdua di sini sekaligus untuk menyembunyikan kemampuan asli mereka dari mata-mata yang mungkin ada.

"Jika kau tidak bisa mempercayai siapapun di sekitarmu, mengapa kau tidak berhenti dan menjadi orang baik?" sindir Yoo Jonghyuk seraya melepaskan pukulan dengan tinjunya dan ditahan oleh lengan Watcher.

Watcher terkekeh sambil sesekali menggertakkan giginya. Dia membalas dengan dingin, "Itu bukan sesuatu yang layak untuk diketahui olehmu."

Yoo Jonghyuk merasa geram sehingga menambah kekuatannya dan tanpa sengaja menendang perut Watcher yang terluka. Yang terakhir tidak bisa melawan tepat waktu sehingga berguling-guling dan meringkuk untuk menekan rasa sakitnya.

Kecemasan timbul sebagai akibatnya, Yoo Jonghyuk segera menghampirinya dan memeriksa lukanya.

"Kenapa kau tidak menangkisnya?!" rutuknya saat melihat luka di perut Watcher membuka lagi dan darah merembes dari perban di balik kemeja putihnya.

Alasan terlambatnya reaksi Watcher adalah karena sebuah dugaan menakutkan menghinggapi benaknya.

"Aku tiba-tiba terpikirkan sesuatu," ucap Watcher sambil menaikkan sudut mulutnya dengan ejekan. "Kenapa kau begitu khawatir? Ini hanya luka kecil, dalam pelatihan, terluka adalah sesuatu yang normal, apalagi mati dalam misi."

Yoo Jonghyuk tidak mau mendengarkan ocehan menjengkelkan itu, jadi tanpa persetujuan, dia membawa Watcher menuju kamarnya melalui jalan rahasia.

"Jika kau terus bersikap seperti bajing*n yang tidak mempedulikan nyawa, aku akan mengikatmu sehingga kau tidak akan bisa melakukan apapun," ancam Yoo Jonghyuk dengan serius sambil menurunkannya ke tempat tidur.

Hawa dingin menjalari punggung Watcher karena dia menyadari bahwa Yoo Jonghyuk sebenarnya berencana melakukan itu.

"Katakan apa yang kau pikirkan secara tiba-tiba sebelumnya?" desak pria yang mendominasi itu.

"Tentang markas Olympus yang sebenarnya, aku tidak yakin apakah semua itu telah direncanakan sejak awal untuk menjebakku," beritahu Watcher, dia tidak mengungkapkan semuanya.

Yoo Jonghyuk terdiam, dia mengganti perban yang sudah basah oleh darah, kemudian menatap Watcher dengan tatapan yang dalam.

Wajah pria itu masih sama imutnya seperti dalam ingatannya dulu, meskipun sekarang memiliki kesan dewasa, itu menambahkan pesonanya membuat Yoo Jonghyuk merasa kering di tenggorokannya.

Watcher sepertinya mengetahui apa yang dipikirkan Yoo Jonghyuk, jadi dia menawarkan dengan seringai licik di wajahnya, "Apakah kau mau menciumku?"

Yoo Jonghyuk tercengang. Butuh beberapa saat baginya untuk memulihkan ketenangannya dan dia menjawab dengan jengkel, "Aku tidak akan mencium orang yang tidak memiliki perasaan yang sama denganku."

Watcher tertawa, tampaknya tertarik dengan prinsip aneh pria yang seharusnya posesif itu.

"Yah, itu bagus. Kalau begitu, tidak apa-apa jika aku mencium orang lain?" godanya dengan sengaja. Efek obat penghilang emosi itu semakin melemah, jadi emosinya perlahan kembali.

Juga, dia sepertinya mengingat pernah melakukan itu dengan seseorang. Seorang wanita yang wajahnya samar-samar dalam ingatannya. Watcher tiba-tiba menjadi serius untuk mempertanyakan apakah dia sebenarnya seorang "pemain" atau dia itu lurus?

Ekspresi Yoo Jonghyuk berubah gelap seakan ada arus bawah kemarahan, kecemburuan, dan rasa sakit hati yang memenuhinya.

"Apakah kau sengaja mengatakan ini?" tanyanya dengan suara rendah.

Fanfic ORV : SalvationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang