•••
Jarum jam menunjukkan pukul tujuh lebih tiga puluh menit bersamaan dengan suara pintu kamar mandi yang di banting, diikuti bunyi shower air yang dinyalakan.
Tidak lama kemudian, Savana keluar dari sana duduk depan cermin berlampu yang dipenuhi beberapa ragam alat untuk merias wajah.
Perempuan itu sibuk mengaplikasikan bedak, blush on di bawah matanya, hingga ke lipstick. Sejak masuk kuliah, dia jadi suka sekali merias diri.
Hampir semua alat rias yang bagus dia beli, mulai dari pensil alis, eyeshadow, eyeliner, highlighter, concealer, foundation, lipstik berbagai warna, kuas berbagai macam, sampai bulu mata palsu sekali pun. Padahal tidak pernah dipakai. Yang di pakai paling hanya lipstik warna nude, liptint, blush on, dan bedak saja.
Turun dari kamar, Savana sudah tidak menemukan orang tuanya. Pasti keduanya sudah berangkat kerja. Savana menghela napas, ia selalu ditinggal sendiri. Apalagi ia anak tunggal. Kebayang kan gimana sepinya? Untungnya ada asisten rumah tangga yang masih bisa dibilang cukup muda, tidak jauh dari umur Savana. Savana bahkan sering cerita pada Inem seperti pada kakaknya sendiri.
"Nem, Bunda sama Ayah udah berangkat, ya?"
"Udah, Non. Tadi pagi banget, oh itu saya udah siapin sarapan di meja makan." kata Inem seraya membersihkan meja.
"Nggak deh, nanti gue sarapan di kampus aja."
"Loh, mau di bawa ke kampus aja?"
"Nggak, bukan. Nanti beli di kampus aja. Gue duluan, ya?"
"Ya udah, hati-hati, Non. Jangan lupa beli sarapan dulu, Non punya magh lho," ujar Inem khawatir pada majikannya itu.
Savana memberikan tanda hormat pada Inem. "Oke, bu boss!"
Savana berjalan keluar dan membuka pagar rumahnya yang berada di kawasan perumahan Bumi Pesona Asri di daerah Rancaekek. Mengeluarkan mobil dan kembali mengunci pintunya sebelum akhirnya menginjak gas untuk pergi ke kampus.
Savana memperhatikan jalanan saat matanya berhenti pada satu titik di sana. Seorang cowok yang sedang mendorong motor Vespa cream di tepi jalan.
Savana langsung mengambil ponsel, berniat untuk merekam cowok itu dan memasukannya ke Tikt*k. Namun saat cowok itu menengok dan tiba-tiba melambaikan tangannya Savana sontak kaget dan buru-buru menutup ponselnya.
"Kak Argo!" Savana melongokan kepalanya keluar jendela.
Argo yang barusan sadar di video tertawa. "Hai, Savana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenggala
Teen FictionAwalnya Savana bertekad untuk naik gunung karena ingin membuktikan pada mantannya bahwa ia bisa. Ia tidak ingin diremehkan. Sampai ia ikut organisasi Pecinta Alam di kampusnya, dan bertemu dengan Argo Jenggala--si Ketua Palawa yang mengajarkannya b...