25. SILENT TREATMENT

2.1K 170 47
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Savana memasuki pintu kaca di Giggle Box Cafe, memilih bangku paling pojok yang jauh dari para pelanggan yang ada di sana. Untung hari ini cafe tidak terlalu ramai.

"Selamat datang Kak, ini menu-nya." seorang pelayan yang tugasnya memang menghampiri setiap orang yang baru datang langsung menghampiri Savana, dan memberikan buku menu.

Savana baru saja menarik buku menu saat merasa kenal dengan suara itu, ia mendongak dan melihat Faaz yang nampak sama kagetnya.

"Loh, Faaz? Lo kerja di sini?"

Faaz yang semula kaget kini cengengesan. "Eh Teteh hehe, iya nih. Diajakin bang Gala, sekalian biar gak bosen di rumah."

"Argo mana?" tanya Savana, karena setelah bahasan berat semalam Argo tak ada lagi menghubunginya sejak pagi.

"Tuh," Faaz menunjukan seseorang di tempat barista, dan memang benar ada Argo yang nampak sibuk membuat minuman di sana. Savana sempat melihat Argo melihatnya tapi seolah tak menganggap keberadaannya. Ada apa dengan Argo?

"Faaz, menurut lo.. gue sama Argo bisa sama-sama? Setelah obrolan semalam gue jadi canggung,"ujar Savana, tiba-tiba ia curhat pada adik iparnya itu.

Faaz mengernyit, spontan cowok itu duduk di hadapan Savana. Melupakan dirinya yang merupakan pelayan di sana. "Obralan apa, Teh? Mami sama Papi kan nerima Teh Vana dengan baik."

Savana menggeleng dengan tatapan sendu. "Engga, Az. Setelah gue pulang, Argo nelpon gue. Dia bilang, Mami nyuruh gue sama dia putus."

"Hah? Masa iya Mami bilang gitu? Orang Mami keliatan suka banget sama lo, Teh." Faaz nampak sedikit kaget, malam itu juga ia sudah pergi ke kamar jadi tidak tahu apa-apa. Mungkin ada obrolan diantara Argo dan Samara.

Savana tersenyum getir. "Gue pikir juga gitu awalnya. Tapi ternyata Mami suka sama gue bukan berarti suka juga sama hubungan gue, Az. Gue paham sih, Mami pasti pengen yang terbaik buat Argo, apalagi yang seiman sama dia."

"Jangan putus asa gitu dong, Teh. Allah tidak menciptakan sesuatu yang lebih kuat melebihi doa. Dia bahkan menjadikan doa lebih kuat daripada takdir-Nya. Jangan lupa terus berdoa, ya. Percaya atau enggak, gue diem-diem juga sering doain hubungan kalian." kata Faaz tersenyum tulus.

Savana menundukkan kepala, memainkan jari-jarinya gelisah. "Tapi gue gak mau terlalu berharap sama hubungan gue sama dia, Az. Yang gue lakuin sekarang cuma doa dan usaha untuk terus sama-sama. Urusan takdir gimana nanti, karena baik gue bakal sama Argo ataupun engga pada akhirnya, setidaknya bersama Argo akan jadi salah satu kenangan yang gak akan mudah buat dilupain."

JenggalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang