•••
"Loh, Bunda belum berangkat?"
Savana duduk di meja makan, mengambil sehelai roti tawar dan mengolesnya dengan selai nanas seraya memandang Bundanya yang sedang duduk santai menikmati secangkir teh.
"Belum, Bunda denger kamu mau ikut Diklatdas UKM Palawa di kampus?" Bundanya melirik dibalik kacamata.
Savana mengangguk. "Iya Bun, boleh, kan?"
"Boleh aja. Tapi, Bunda khawatir kalo kamu bakal kena hipotermia, sayang."
Savana menggeleng. "Nggak, Bunda. Justru aku mau naklukin alergi dingin aku, makanya aku ikutan Mapala."
"Bukan karena Bargi?"
"Hah?"
"Bunda tahu kamu mau ikut organisasi dari Bargi tadi bagi ada WhatsApp Bunda, dia bilang kamu tiba-tiba masuk Mapala. Kenapa?"
Savana meringis. "Ssh, aku lupa cerita. Aku sama Bargi sebenernya udah putus, Bunda."
"Loh, kapan? Kok bisa?" tanya Astrid nampak kaget.
"Bargi selingkuh, ternyata Bargi gak pernah ngajak aku ke gunung bukan karena khawatir aku kenapa-kenapa, Bun, tapi dia bawa cewek lain tiap ke gunung yang berbeda." jelas Savana seraya mengunyah rotinya.
"Kok dia gitu?"
"Makanya, aku gak nyangka banget sih, Bun. Aku selalu banggain dia karena dia cowok baik pertama yang pacaran sama Savana, eh gak tahunya malah lebih buruk dari mantan-mantan Savana yang lain,"
Astrid mengusap tangan Savana. "Kamu baik-baik aja, kan?"
"Baik, kok. Savana masuk organisasi Palawa juga pengen buktiin ke Bargi kalo Savana bisa, Bun. Savana gak mau diremehkan. Doain, ya?"
"Owalah gitu rupanya, ya udah. Bunda dukung kamu! Semangat, cantik. Nanti Bunda anter kamu ke kampus, ya?" senyuman merekah dibibir sang Bunda membuat Savana ikut tersenyum. Rasanya sudah lama sekali Savana tidak bisa berbincang hangat seperti sekarang.
"Emang Bunda nggak kerja?"
"Hari ini khusus buat anak semata wayang Bunda, Bunda mau libur dulu. Mau nganter kamu ke kampus, kamu gak boleh bawa mobil sendiri kali ini."
"Yey, makasih, Bunda. Sayang Bunda deh,"
"Sayang Savana juga, ya udah siap-siap, gih. Berangkat sekarang, kan?"
"Iya Bun," Savana meneguk susu yang sudah disiapkan Inem di sana. "Sebentar,"
Savana berjalan menuju lantai dua di mana letak kamarnya berada, kembali ke bawah dengan carrier di bahu kanannya dan sepatu di tangan kiri. Tak lupa topi yang menghiasi kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenggala
Teen FictionAwalnya Savana bertekad untuk naik gunung karena ingin membuktikan pada mantannya bahwa ia bisa. Ia tidak ingin diremehkan. Sampai ia ikut organisasi Pecinta Alam di kampusnya, dan bertemu dengan Argo Jenggala--si Ketua Palawa yang mengajarkannya b...