33. TEMAN TAPI MANTAN

1.8K 160 99
                                    

Hello, aku seneng banget yang baca udah 10k+ meskipun mungkin cuma itu aja yang baca ulang dan vote-nya belum sebanyak ceritaku sebelumnya, gapapa, aku tetep senang yeay! Dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello, aku seneng banget yang baca udah 10k+ meskipun mungkin cuma itu aja yang baca ulang dan vote-nya belum sebanyak ceritaku sebelumnya, gapapa, aku tetep senang yeay! Dan... karena aku lagi liburan semester genap jadi bakalan sering update, dan siap-siap cerita ini beberapa part lagi akan tamat yuhuuu!🤩

Playing :
Enchanted - Taylor Swift

Happy reading....

•••

Healing?

Ya, itu yang Argo katakan kemarin namun malah berakhir tragis. Bukannya seneng-seneng, malah tambah galau. Tapi tak apa, kalau dipaksakan juga susah untuk mereka. Argo maupun Savana sadar akan hal itu.

Savana menyesap kopinya pagi ini, seraya menikmati indahnya hamparan di bawah sana saat tiba-tiba Argo datang dan duduk di sampingnya.

"Pagi-pagi, udah galau aja," Argo tertawa, namun sebenarnya juga menertawakan dirinya sendiri.

"Ih, siapa yang galau? Gue lagi menikmati alam tau!" Savana tak ingin terlihat galau meski sebenarnya memang itulah yang ia rasa, Tapi ia yakin itu hanyalah awalan sebelum mereka akan sama-sama terbiasa.

"Iya kah maniez?"

"HAHAHA, apaan sih, Kang."

"Sa, jangan sama orang dulu, ya?" celetuk Argo tiba-tiba, membuat Savana menoleh meminta penjelasan.

"Kenapa? Kan kita udah putus."

Argo merengut. "Gak boleh, gue lagi memantaskan diri. Semaleman gue mikir gue harus gimana, dan gue mau belajar buat jadi lebih baik dulu. Mana tau nanti gue tertarik masuk Islam."

"Jangan main-main deh, Kang! Agama bukan buat mainan!" Savana menatap Argo tak suka. Masalahnya ia tak ingin Argo jadi mualaf karena Savana, tidak lucu menurutnya.

"Ini kan baru siapa tahu, belum pasti, Sa."

"Tapi gak boleh, tau! Nanti Mami sama Papi lo murka sama gue yang ada!" Savana memalingkan wajah, kembali memandang hamparan perumahan warga yang nampak indah di atas sana.

"Hahaha ya ampun, lucu banget muka lo." Argo tak tahan untuk tidak menarik kedua pipi Savana gemas.

"Ehem, pagi-pagi udah bucin. Aku mah apa atuh hanya butiran tai domba," Damar tiba-tiba duduk dengan melempar sebungkus rokok pada Argo.

"Gue gak ngerokok, kalo lo lupa." Argo balas melemparkan kotak rokok itu pada Damar.

"Sejak kapan?" tanya Damar.

Savana diam-diam menyelidik, apa benar Argo tidak merokok?

"Dari dulu, Dam. Sumpah dah. Gue cuma pernah nyoba sekali dari lo waktu itu dan nggak sampe ketagihan."

JenggalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang