21. PERJALANAN TAK BERUJUNG

2.3K 206 51
                                    

Part ini didekasikan untuk 3004Ai yang tanggal 30 April ulang tahun! Selamat ulang tahun, yaa! Maaf telat banget huhu baru sempet update sekarang😥 Doa terbaik untukmu! Dan ini kadonya, happy reading semoga tidak mengewakan baik untuk kamu maupun ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part ini didekasikan untuk 3004Ai yang tanggal 30 April ulang tahun! Selamat ulang tahun, yaa! Maaf telat banget huhu baru sempet update sekarang😥 Doa terbaik untukmu! Dan ini kadonya, happy reading semoga tidak mengewakan baik untuk kamu maupun untuk semua yang baca.🙌🏻✨

•••

"Pagi Mamiii, Pagi Az,"

Argo turun dari tangga dengan celana selutut, topi rimba di kepala, dan carrier 60L di punggungnya.

Samara yang hari ini masih duduk diruang makan menoleh. "Pagi. Nanjak (naik) lagi?"

"Hehehe peka banget deh Mami jadi makin sayang. Boleh, kan?" Argo merayu.

Samara tersenyum. "Boleh, tapi ... sesekali ajak tuh Faaz. Kasian nanti dia dirumah sendiri kalo kamu pergi,"

Faaz yang sedang menikmati sarapannya terkekeh. "Enggak papa kok Mi,"

"Mau ikut?" tawar Argo melirik Faaz.

Faaz berpikir sejenak. "Boleh,sekarang banget?"

"Iya, cepet siap-siap. Carrier gue ada di kamar satu lagi, ambil aja sekalian ada matras sepatu juga disitu. Kalo yang lain udah gue bawa."

"Oke!" Faaz segera berlari menuju tangga, bersiap-siap untuk ikut dengan Argo ke gunung Papandayan.

Samara tertawa. "Mami seneng kalian langsung akrab. Mami kasihan sama Faaz, Jenggala. Makanya Mami adopsi dia, dia anak yang baik juga. Taat sama agama meskipun gak sama kayak kita."

Argo tersenyum masam mendengar kata terakhir sang Mami. Cowok itu menyimpan carrier dan ikut duduk dimeja makan seraya mencomot roti dengan selai cokelat. "Mi, kalo misalnya kita jatuh cinta sama yang beda agama emang nggak boleh, ya?"

Samara yang memotong sandwich memandang Argo serius. "Boleh aja. Tapi ingat, jangan sampai kamu maupun dia ambil salah satu dari Tuhannya."

"Mami mau, nggak punya mantu yang bukan anak Tuhan? Bahkan dia gak pernah sekalipun ke gereja." celetuk Argo, entah keberanian dari mana ia tiba-tiba membahas itu.

"Maksud kamu?"

Argo terkekeh getir. "Becanda, Mi. Ya udah, Argo mau manasin mobil dulu. Tadinya mau pake caramel cuma berhubung Faaz ikut jadi mau pake mobil aja."

"Gak dianter aja sama mang Okim?"

"Enggak Mi, Argo nyetir aja. Lagian dari Bandung ke Garut gak terlalu jauh, kok."

"Ya sudah, hati-hati, ya?"

"Iyaa, Mi."

Terdengar suara langkah Faaz turun dari tangga yang membuat Samara maupun Argo refleks menoleh. "Bang, gini bukan sih style naik gunung?"

JenggalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang