•••
Seberes mata kuliah hari ini Savana berjalan menuju sekretariat PMPA (Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam) Universitas Padjajaran yang bernama Palawa saat melihat beberapa mahasiswa yang berjalan disekitarnya. Savana yang tidak terlalu suka keramaian itu langsung pura-pura bermain ponsel, padahal hanya menggeser menu.
Seolah Dewi Fortuna sedang berpihak padanya, Savana senang kala ada telepon di ponselnya. Sial, wajahnya berubah saat melihat siapa penelpon itu. Bargi, mantannya.
"Apa?"
"Ngegas banget, kalem atuh."
Savana berhenti sesaat, melihat sekeliling dan merasa sudah dekat dengan basecamp. "Iya kenapa? Gue udah ada janji lagi buru-buru gak ada waktu buat ngobrol menye-menye,"
"Janji sama siapa? Cowok baru?"
"Bar, kenapa? Kalo nggak penting gue tutup."
"E-eh tunggu tunggu, ini penting."
"Apa?"
"Kangen."
Savana mendelik. "Gue tu-"
"Tunggu dulu jangan ditutup dulu! Ini serius. Pulang kampus free gak?"
"Nggak. Gue sibuk." sahut Savana cepat.
"Padahal gue mau ajak ngobrol sekalian ngajakin lo nge-camp besok."
"Gak perlu, gue alergi dingin." Savana menyindir Bargi yang sempat bilang semua itu dan meremehkan dirinya. "Nanti gue ngerepotin juga,"
Terdengar Bargi meringis di seberang telepon. "Masih inget aja, maafin atuh soal kemarin."
"Permisi,"
Savana mendongak, melihat seseorang bertubuh tinggi yang sepertinya akan lewat. Sebuah ide gila tiba-tiba muncul di kepala Savana.
"Eh," Savana mengigit bibir bawahnya. "Mau bantu, nggak?" bisiknya pelan.
Laki-laki di depannya mengernyit. "Bantu apaan?"
Savana menjauhkan ponselnya sebentar. "Bilang 'sayang, kamu telepon sama siapa?' cepet!"
Savana lantas mendekatkan ponsel pada cowok itu. Laki-laki itu malah bingung. "Hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenggala
Teen FictionAwalnya Savana bertekad untuk naik gunung karena ingin membuktikan pada mantannya bahwa ia bisa. Ia tidak ingin diremehkan. Sampai ia ikut organisasi Pecinta Alam di kampusnya, dan bertemu dengan Argo Jenggala--si Ketua Palawa yang mengajarkannya b...