•••
Malam minggu kali ini, Argo mengajak Savana makan malam di rumahnya. Savana hari ini memakai dress vintage dengan hijab berwarna beige, nampak cantik sekali.
Tapi kecantikan itu tak dapat menutupi rasa takut di hatinya. Ia takut orang tua Argo tak menerimanya. Ia takut orang tua Argo nanti tak suka padanya, apalagi Savana tidak seperti Argo yang dapat menyembunyikan salibnya di depan Astrid. Hijabnya tak bisa ia sembunyikan.
"Kok ngelamun? Ayo kita masuk," Argo membuka pintu mobil, memperhatikan Savana yang malah melamun.
"Eh? G-gue takut, malu, Kang. Pulang aja, yuk?"
"Ada gue, ayo." Argo menarik lembut tangannya, membuat Savana mau tak mau keluar dari mobil.
"Nanti, Mami lo takutnya gak suka gue, Kang. Apalagi lo bilang ada Papi, aduh mati aja gue."
"Mereka pasti suka sama lo kok. Relax."
Perlahan Argo membuka pintu rumah, hati Savana sudah mulai berdetak kencang. Tapi Argo tak melepaskan tangannya, cowok itu membawa Savana ke hadapan orang tuanya yang sudah duduk di ruang makan, ada Faaz juga di sana.
Savana memberikan senyum terbaiknya seraya duduk di sana. Savana akhirnya merasakan duduk di kursi berpunggung tinggi yang sempat ia kagumi. "Selamat Malam, Om, Tante, Faaz."
"Kamu kenal Faaz?"
"Iya, Mi. Kemarin kan pas ke Garut Savana ikut, mereka kenalan." kali ini Argo yang menjawab. Argo cukup puas dengan sambutan kedua orang tuanya yang cukup baik.
Sungguh, ini jauh dari ekspetasi Savana. Kedua orang tua Argo justru tersenyum ramah. "Ayo Savana, makan yang banyak jangan sungkan,"
"Iya, Om. Hehe,"
Savana bahkan kaget saat Samara mengambilkan nasi dan lauk untuknya. "Makan sayang,"
"Makasih, Tante."
Samara akui gadis di hadapannya ini sangat manis, memiliki senyum yang menawan, pembawaannya sopan.
"Kamu cantik sekali, Savana." puji Samara tanpa menghilangkan senyum seraya menikmati makanannya.
"Masyaallah, terimakasih Tante, hehe. Tante juga cantik banget." balas Savana tersanjung, ia merasa benar dihargai di sana.
Argo dan Faaz saling pandang, Faaz yang mengerti maksud dari Argo memberikan jempol pada abangnya itu. Ya, tentu saja Argo senang karena Savana di sambut dengan baik. Kemungkinan besar akan diterima juga, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenggala
Teen FictionAwalnya Savana bertekad untuk naik gunung karena ingin membuktikan pada mantannya bahwa ia bisa. Ia tidak ingin diremehkan. Sampai ia ikut organisasi Pecinta Alam di kampusnya, dan bertemu dengan Argo Jenggala--si Ketua Palawa yang mengajarkannya b...