Part 39. Past & Present

1.1K 133 40
                                    

Part 39. Past & Present

Akira berjalan dengan langkah yang konstan dan senyap seperti biasa. Lorong ini adalah lorong dimana kantor pusat the wood corp berada. Dia diminta datang ke gedung pencakar langit ini bukan untuk ke lantai paling atas dimana itu adalah kantor tempat biasa nya dia kerja sebagai bentuk kamuflase sebagai asisten pribadi sang owner di hadapan banyak orang. Tapi kali ini dia diminta ke ruang bawah tanah gedung ini.

Tidak pernah ada yang akan menduga bahwa di bawah tanah gedung pencakar langit ini terdapat sebuah kantor rahasia dimana sebuah mafia besar bernama Havana Gangster berada. Lorong dengan dinding berwarna hitam ini mengingatkannya pada masa lampau ketika pertama kali nya dia bertemu dengan pemimpin muda Havana Gangster.

Akira merasa dirinya sudah rusak baik fisik maupun mental. Memaksanya menjadi sebuah cangkang tanpa jiwa. Hidup di klan Toda-kai, sebuah organisasi mafia Jepang yang dipimpin langsung oleh ayah nya, Hisayuki Toda, memaksanya untuk menerima pendidikan penuh kekerasan bahwa sejak usianya masih anak - anak. Begitu pula dengan kakak nya Yamato Toda.

Masa kecil Akira dipenuhi siksaan dan teror dari ayahnya yang terobsesi memiliki penerus seorang ketua yakuza yang kuat. Ibunya yang bahkan adalah wanita berdarah Brazil tidak mampu berbuat apa - apa karena saat itu dia sudah dipisahkan dengan ibu nya sejak kecil dengan alasan anak lelaki harus hidup mandiri agar kuat menghadapi dunia. Ibunya pun mengalami kekerasan baik fisik, mental maupun verbal dari ayahnya. Hidup terkurung selama bertahun - tahun tanpa mampu melihat anak nya sama sekali.

Akira sendiri dibesarkan di dalam sebuah rumah kecil bergaya Jepang kuno dan hanya dengan seorang pengasuh laki - laki yang berwajah masam. Setiap malam dia akan menerima intimidasi, tubuhnya yang kecil dan kurus akan selalu merasa gemetar setiap mendengar langkah kaki ayah nya memasuki kamar nya. Ayahnya akan datang ke kamar nya dengan membawa sebilah besi tipis berbentuk tongkat lalu menyuruh Akira kecil berdiri di pojokan dengan posisi berlutut setiap kali ia mendengar laporan Akira tidak bisa mencapai bentuk latihan yang dilakukannya siang hari. Akira harus mencapai nilai tertinggi di semua bidang, jika sedikit saja dia menerima laporan tidak mengenakan dari para pengajar Akira maupun Yamato, ayah mereka tidak akan segan - segan untuk memukuli mereka hingga tercipta bilur - bilur biru bahkan mengucurkan darah di seluruh tubuh mereka.

"Ku dengar kau gagal dalam latihan pedang kali ini." Kata - kata ayahnya yang mengalun datar terasa seperti air terjun es di kuduk Akira kecil yang sudah meremang.

"A...aku ha..hanya tidak... tidak kuat membawa pedang nya, o..otou san." Jawab Akira kecil terbata - bata karena ketakutan.

"Bodoh! Dasar anak lemah! Tidak berguna!" Satu pecutan dari tongkat besi mengenai kaki Akira yang kecil dan kurus.

Dulu Akira akan menangis dan mengaduh dengan suara tangisan keras yang menyayat hati menahan sakit. Tapi pukulan itu bukannya berhenti malah semakin menjadi, semakin keras dan menyakitkan, seolah suara tangisan dan permohonan ampun itu bukannya mengetuk rasa iba dan sayang ayahnya melainkan membuatnya semakin semangat memukuli nya lebih keras dan tanpa ampun.

Hingga akhirnya Akira belajar bahwa ayahnya tidak akan berhenti memukuli nya jika ia menangis maka sejak saat itu Akira kecil selalu menggigit bibir nya sekuat yang ia bisa bahkan sampai berdarah demi menahan rasa sakit yang menyiksa. Air matanya menetes tanpa suara sementara isakannya ditahan sekuat tenaga. Kata orang bisa karena biasa, Akira lama - lama jadi terbiasa dalam kesakitan senyap setiap kali ayahnya menyiksanya seperti itu. Dia pikir kala itu kalau dia mampu mencapai nilai terbaik di semua latihan yang ayah nya rancang maka ayahnya akan mengurangi kekerasannya tetapi nyatanya tidak.

Malam itu di usia nya ke 13 tahun, dorongan untuk bertemu ibunya semakin kuat karena ini adalah hari ulang tahunnya. Dia hanya ingin bertemu ibunya. Akira memberanikan diri pergi keluar rumah kecilnya dengan cara mengendap - endap. Di malam yang dingin dan bersalju, dia menghindari para penjaga karena areal tempat tinggal nya ini sangat luas seperti perkampungan kecil di dalam sebuah tembok raksasa dengan penjagaan super ketat. Sejujurnya Akira diliputi kecemasan karena kalau sampai ayahnya tahu dia melarikan diri dari rumah kecil tempat nya dikurung itu, ayahnya tidak akan segan - segan menyiksanya lebih berat dari biasanya. Tapi rasa rindu itu membuatnya melupakan kekhawatirannya dan membuatnya nekat. Dia berlari cepat ke rumah kecil di belakang rumah besar tempat ayahnya tinggal dan menjalankan usaha mafia nya.

Akira's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang