Part 20. A piece of paper

1.3K 150 67
                                    

Part 20. A piece of paper

Setelah mengalami perjalanan panjang beberapa belas jam di dalam pesawat akhirnya Anastasia dan Akira kembali ke apartemen Akira. Sebetulnya Sabrina meminta anak nya langsung ke Rio de Janeiro begitu mereka selesai honeymoon. Tapi Akira menolak karena alasan pekerjaan. Dan disinilah Anastasia berdiri menatap gedung apartemen yang disebut milik suami nya itu.

Anastasia menatap apartment modern minimalis. Di mobil tadi, Akira bilang apartment nya hanya apartment sederhana yang ia mampu beli. Sederhana saja ukuran nya dua kali lipat dari luas rumah panti asuhan tempat tinggal ana. Bagaimana apartment mewah versi Akira? Ana menatap horor laki-laki di sampingnya. Ketika Akira membukakan pintu apartment nya, Ana harus berjalan di belakang Akira dengan melewati lorong terlebih dahulu. Tak lama setelah itu barulah terlihat interior apartment ini yang begitu indah dan bergaya maskulin sekali. Seperti percampuran antara modern minimalis dan industrial. Sangat maskulin khas pria lajang di kota-kota besar.

Ruangan itu begitu besar tanpa sekat antara ruang tamu yang merangkap ruang keluarga dan ruang santai, juga meja makan panjang dengan enam kursi duduk yang diletakkan diantara sofa panjang yang menghadap ke tv flat besar dengan kitchen set berwarna putih. Mata anastasia membesar ketika melihat kitchen set yang berbentuk kubus-kubus asimetris yang bergaya futuristik sekali. Dengan lampu-lampu gantung berwarna kuning temaram yang membawa nuansa menenangkan bagi siapapun yang berkutat ketika memasak di dapur tersebut.

Ruangan itu didominasi warna putih, coklat dan abu-abu. Separuh dinding nya adalah floor to ceiling window tanpa gorden, seolah menampakkan pemandangan perkotaan dari atas ketinggian yang indah dari balik kaca. Kaca yang dipakai adalah jenis one way dimana orang di dalam rumah bisa melihat pemandangan perkotaan di luar tapi orang dari luar tidak akan bisa melihat pemandangan di dalam rumah. Anastasia melarikan mata nya menatap langit – langit apartemen ini yang dilapisi pelapis motif kayu yang berwarna senada dengan dinding kitchen set nya.

"Di apartemen ini hanya ada dua kamar. Kamar ku di ujung kanan. Dan satu lagi di ujung kiri, selama ini biasa diperuntukkan untuk kamar tamu. Kau ......" Akira menjeda ucapannya sambil menatap Anastasia.

"Aku bisa tidur di kamar tamu". Ucap Ana cepat

"Terserah". Ucap Akira. Lelaki itu lalu berjalan ke sisi kiri apartment tersebut. Dengan menenteng tas ransel nya, Ana berjalan mengekori Akira.

Akira membuka pintu sebuah kamar. Kamar itu bernuansa putih. Sebuah ranjang dengan kasur putih yang terlihat empuk untuk membaringkan tubuh yang lelah. Sebuah kursi duduk tanpa lengan ditaruh di depan ranjang dengan bantal – bantal kecil menghiasi nya. Seperti hal nya ruang tamu tadi, dinding kamar ini juga floor to ceiling window, dimana pemandangan kota yang sangat indah terpampang nyata di hadapan nya.

Mata anastasia terbelalak, kamar ini sungguh indah. Sungguh berbeda sekali dengan kamar mungil nya di panti asuhan. Kamar ini bahkan dihiasi ranting – ranting dari kuncup bunga sakura yang di taruh di vas bunga. Vas itu berbentuk tabung kaca bening berisi air dan diletakkan di atas nakas.

"Wow ini ..... indah sekali". Ucap Anastasia pelan.

"Kamar ini memang lebih kecil tapi kuharap ..........."

"Tidak. Ini indah sekali". Ucap ana memotong apapun yang ingin Akira lontarkan. "Terima kasih". Ucap ana dengan tulus, tanpa sadar senyum lebar terukir di wajah nya.

"Baiklah. Kau bisa beristirahat disini kalau begitu". Ketika hendak pergi meninggalkan Anastasia, Akira teringat sesuatu, maka ia berbalik kembali menatap Ana.

"Aku lupa mengatakan nya. Disini, tidak ada asisten rumah tangga. Aku hanya meminta room service dari pengelola apartemen ini untuk datang setiap pagi saja. Begitu pun dengan koki. Aku lebih suka memasak sendiri". Ucap Akira

Akira's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang