Part 21. Night Club

1.3K 171 43
                                    

Part 21. Night Club

Hanya dalam hitungan menit akira sudah melajukan mobil sport nya membelah jalanan ibu kota. Disinilah ia berakhir, di depan sebuah kelab malam terdekat yang bisa ia jangkau dengan kecepatan mobil nya. Ia memesan ruang VVIP untuk ia tempati sendiri. Tapi baru ia berjalan memasuki kelab malam itu lebih dalam, tiba-tiba suara seseorang yang sangat ingin dihindarinya malah menginterupsi jalannya.

"Wow lihat siapa yang datang ke kelab sederhana ku ini? Kau sendiri? Biasa nya kau bersama Alphard kemana-mana seperti ikan remora mengikuti hiu hehehe". Itu suara dari si menyebalkan Sergio Fernandez.

"Ah aku lupa, kau baru saja menikah. Jadi, apa yang dilakukan pengantin pria di malam - malam panas nya sebagai pengantin baru? Kenapa dia malah berkeliaran di club malam seperti ini?" Pertanyaan jahil itu terdengar menusuk dan tepat sasaran itu seperti bom yang dilempar tepat di depan muka Akira.

Shit!!!

Maki Akira dalam hati. Bagaimana bisa ia tidak tahu ini kelab milik Sergio. Akira sudah akan berbalik dan keluar, tiba-tiba dengan sigap Sergio merangkul pundak nya.

"Kau baru saja tiba, bro. Hugo. Hugo. Kemari. Ayo temani kawan kita yang taken rasa jomblo ini minum-minum. Kau tidak usah sungkan begitu. Aku tahu kau pasti bersyukur karena ku temani, kan?" Sergio tersenyum tanpa dosa dihadapan Akira.

Sejak meninggal nya ayah sergio, Ernesto Fernandez, kepribadian lelaki itu sedikit berubah. Ia jadi terlihat lebih bebas dan cenderung jadi lebih narsistik dari yang orang lain duga. Ketika Adolfo akhirnya memilih mengalah dengan memberikan kedudukan tertinggi di Havana pada nya, karena Alphard terus menerus menolak, Sergio jadi sedikit lebih dekat dengan keluarga sepupu nya itu. Tapi di luar dugaan, Sergio justru mengikuti jejak Alphard dengan membubarkan Havana dan memilih meneruskan bisnis nya saja tanpa embel-embel gangster di belakang nya. Alhasil kejadian demi kejadian itu menghasilkan pertemanan tak kasat mata di antara Alphard dan Sergio. Cuma karena Akira selalu berada di dekat Alphard. Dan Hugo selalu berada di dekat Sergio. Mau tidak mau empat laki-laki itu jadi membentuk sekawan secara tidak sadar. Walaupun mereka sama-sama gengsi mengaku sebagai kawan.

Akira menatap tajam Sergio. Lelaki itu masih tersenyum seraya merangkul nya.

"Hey, Hugo. Bilang pada pelayan, pesanan kamar VVIP atas nama nya digratiskan. Bawakan juga minuman yang biasa ku pesan. Bawa ke ruang VVIP ya". Dengan seenak nya dia mendorong Akira agar masuk ke ruang VVIP bersama nya. Akira memang tidak suka, tapi ia juga tidak menolak. Tidak ketika ada kata 'GRATIS'.

"Apa yang kau lakukan disini?" Sergio bertanya basa basi sambil merebahkan diri nya ke sofa empuk berwarna merah terang di ruangan ini. Hingar-bingar suara musik dari DJ di dance floor sana sedikit teredam dengan kamar kedap suara ini.

Tak berapa lama, Hugo masuk bersama pelayan di belakang nya membawakan minuman alkohol di atas nampan. Akira nampak sedikit lebih rileks sekarang ketika ia mulai meminum segelas minuman yang harga nya cukup mahal itu.

"Aku hanya sedang bosan". Jawab Akira memulai percakapan. Hugo sempat tidak percaya mereka bisa mengobrol begini tanpa adu urat syaraf apalagi ajang pamer pistol dan berakhir pulang tinggal nama. Luar biasa, pikirannya.

"Ya, aku tahu sejak Alphard menikah ia semakin jarang bersenang-senang di kelab seperti dulu, bukan? Aku rasa, Tita pasti sangat memuaskannya hingga dia berubah menjadi family man begitu". Kata Sergio sambil menenggak minumannya. Dia sengaja tidak menyinggung soal pernikahan Akira hari ini meskipun mulut nya gatal sekali ingin menanyakan hal itu.

"Ku rasa, dia terlihat lebih bahagia sekarang. Kelihatan nya menikah bagus juga untuk nya". Kata Akira lagi.

"Hahaha kau juga sudah menikah. Apa pernikahan malah tidak bagus untuk mu?" Sergio terkekeh pelan.

Akira's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang