Part 5. Rio de Janeiro

2.1K 226 56
                                    

Part 5. Rio de Janeiro

Menatap rumah ini kembali menghadirkan nuansa nostalgia untuk Akira. Mungkin sudah 2 tahun dia tidak berkunjung kemari. Rumah 2 lantai dengan nuansa pegunungan yang asri ini dulu tidak seperti sekarang. Rumah ini awalnya hanya tanah kosong warisan dari kakek dari pihak ibu nya. Setelah ia, richard dan ibu nya keluar dari klan yakuza ayahnya yang hancur porak poranda karena Havana gangster, mereka bertiga sempat tinggal di Havana, Cuba.

Mereka pernah menjadi pelayan di markas mafia itu. Tapi Alfard melihat kelebihan Akira dan merekrutnya hingga akhirnya pria itu mencapai posisi sebagai orang kepercayaan bos muda gangster tersebut hingga dijuluki sebagai tangan kanan Alfard. Dia ingat betul, ketika ibu nya memutuskan kembali ke kampung halamannya, di atas tanah ini hanya berdiri rumah tua yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya. Ini adalah rumah masa kecil ibu nya. Kakek dan nenek Akira sudah lama wafat sejak ibu nya remaja, hingga ibu nya berkenalan dengan ayah nya, Hiroshi Toda dan menjadi istri kedua sang duda beranak satu.

Disaat, ibu nya memboyong semua wanita ke dapur untuk membantu nya menyiapkan makan siang, Akira berjalan ke rumah kecil yang terpisah dari rumah utama. Rumah besar itu terdiri dari dua bangunan. Satu bangunan utama berlantai dua diperuntukan untuk tempat tinggal mama nya dan sekarang Richard dan Selina juga tinggal disini. Sementara rumah sebelahnya yang lebih kecil adalah area bermain para lelaki, dimana dulu ini sering dijadikan tempat bermain jika Akira, Richard, Alfard, Sergio sedang berkumpul disini. Dulu dia dan richard lah yang bahu membahu membangun rumah ini hingga menjadi seperti sekarang. Setelah Akira berhasil mengumpulkan uang dari pekerjaan nya di Havana dan Richard bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit besar tapi sekaligus menjalankan praktek ilegal sebagai dokter pribadi di Havana.

Rumah kecil ini hanya ada satu lantai dimana terdapat meja billiard yang besar di tengah ruangan, begitu juga dengan sofa - sofa empuk untuk duduk - duduk dan jangan lupakan TV layar besar untuk bermain playstations. Di dinding juga terdapat dardboard dan foto - foto mereka yang sengaja ibu nya cetak dan ditempel untuk hiasan di dinding.

Akira mengambil tongkat cue billiard dan mengatur bola - bola yang berjumlah 15 bola berwarna - warni dengan pola angka tercetak di tengahnya. Akira mengambil bola cue yang berwarna putih dan mulai membidik di sudut yang dia inginkan. Begitu dia menyodok tongkat billiard pada bola putih itu, bola langsung terdorong dengan keras dan menabrak pool balls yang berwarna - warni hingga semua bola terpental secara acak ke semua sudut papan.

Clap

Clap

Clap

Suara tepuk tangan terdengar dari belakang tubuh Akira. Dia menoleh dan mendapati kakak nya Richard tersenyum sambil bertepuk tangan. "Nice." Puji Richard.

Akira tersenyum kecil dan menyerahkan stick billiard itu pada richard. Lelaki itu menangkap tongkat yang diberikan dengan dilambungkan ke udara itu dengan tepat. Dia langsung mengambil posisi untuk menyodok cue ball pada target bidikannya.

"Sungguh suatu kejutan kau pulang membawa wanita itu kesini. Sejak kapan?" Tanya Richard tanpa basa basi.

"Bukan kah kita kenal dia sudah lama?" Jawab Akira retoris.

Pletak!

Suara satu bola saling mengenai satu sama lain dengan suara keras, lalu salah satu bola berhasil masuk ke dalam pocket. Richard menaikkan alis pada Akira tanda menantangnya. Akira mengambil cue stick lain dan mulai mengambil posisi di sudut lain.

"Kau serius dengannya?" tanya Richard tiba - tiba.

"Yamato." Akira sengaja memanggil dengan nama asli nya, bila mereka berbicara soal serius. "Aku rasa sudah saat nya aku mencoba hal baru." Jawab Akira jujur.

Akira's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang