Part 34. Fizzling Out
Angin musim gugur sudah berhembus sebulan yang lalu di bumi bagian selatan. Angin dingin musim gugur seakan menyapa para dedaunan yang mulai menguning, merah dan coklat. Hembusannya yang gemulai bahkan mampu merontokkan daun - daun yang kecoklatan dengan pasrah tanpa perlawanan. Seakan mereka menyambut sang angin yang dirindukan seperti kawan lama.
Di sela hembusan angin yang dingin, toko - toko sekitar kawasan Chippendale terlihat lebih sepi dari biasanya. Orang - orang memilih berlalu - lalang di trotoar jalan yang luas, dengan menenteng tas - tas belanjaan mereka yang terbuat dari kertas berwarna coklat, kadang beberapa orang membawa anjing mereka berjalan - jalan dengan tali yang terhubung dengan kalung yang melingkar di lehernya. Beberapa juga membawa kucing mereka sambil duduk - duduk di cafe pinggir jalan sambil menikmati segelas coklat panas dan kue - kue ringan.
Di salah satu sudut jalan itu terdapat sebuah cafe mungil yang belum lama ini buka, terlihat sepi hanya dengan beberapa pengunjung yang datang untuk membeli kue untuk dibawa pulang. Sang pelayan merangkap salah satu pemilik tempat ini, terlihat ramah dengan senyum di wajahnya dengan sabar melayani permintaan pelanggannya itu.
"Ini. Terima kasih. Silahkan datang kembali." Kata nya. Sang pelanggan pun dengan senyum keluar dari cafe mungilnya itu.
Sang pemilik cafe itu mengedarkan pandangannya ke segenap penjuru cafe dan menghembuskan nafas. "Kalau seperti ini terus bisa - bisa dalam waktu dekat kita bisa bangkrut dan tutup." Gumamnya pelan.
"Hei Tristan." Sapa lembut perempuan cantik dengan senyum manis nya.
"Ah Olivia. Kau sudah selesai di klinik?" Tanya Tristan sambil mengelap meja dan etalase kue nya.
"Heem, iya jam kerja ku sudah selesai. Jadi aku bisa kesini." Kata Olivia. Dia mengedarkan sekeliling mencari keberadaan satu orang lagi dari anggota trio mereka.
"Dimana Karan?" Tanya Olivia.
Tiba - tiba Tristan menghentikan kegiatannya mengelap kaca, "Dia dihubungi restoran lama. Mereka meminta nya kembali." Kata Tristan seolah ada getir dari nada suaranya.
"Lalu dia menerima nya?" Tanya Olivia.
"Entah lah. Dia bilang, dia ingin tahu dulu maka nya dia pergi ke BoomBox." Jawab Tristan.
"Kau sendiri? Apa mereka meminta mu kembali?" Tanya Olivia lagi. Dia mendekati Tristan dan duduk di meja terdekat dari Tristan.
Tristan yang sudah selesai mengelap kaca juga mengikuti Olivia duduk berhadapan dengan perempuan itu. "Tidak." Jawab Tristan.
"Tidak apa. Lagi pula kalau kau kembali ke BoomBox siapa yang akan mengurusi cafe ini?" Kata Olivia dengan tersenyum lembut.
"Sepertinya aku memang tidak berbakat berbisnis, Oliv. Cafe ini semakin sepi saja. Keuangan kami mulai morat - marit. Maka nya Karan memutuskan untuk mendatangi BoomBox, dia bilang, bagaimana pun kita butuh suntikan dana untuk membayar cicilan bank. Karan benar, bila dia bekerja kembali di BoomBox, setidaknya kita punya uang untuk menutup cicilan bulanan ke bank." Kata Tristan.
"Tristan, jangan seperti itu. Kau juga berbakat. Soal uang, kalian tidak perlu khawatir. Aku juga owner cafe ini, bukan? Aku juga berkewajiban membantu cicilan bank." Kata Olivia. Dia meraih tangan Tristan dan menggenggamnya erat, seolah menyalurkan energi dan semangat dari sentuhannya itu.
"Terima kasih Olivia. Kami tidak ingin membebani mu lebih jauh lagi. Kau sudah banyak membantu, lagi pula uang mu harus kau tabung untuk melanjutkan sekolah specialist mu, kan? Kau sendiri juga butuh uang banyak, Olivia." Kata Tristan lembut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Akira's Lover
RomanceAkira Toda adalah tangan kanan seorang boss mafia terkemuka di Cuba. Dia sudah melanglang buana di Underground para gembong mafia. Menjadi sang Algojo, membuatnya ditakuti bahkan hanya sekedar mendengar nama nya. Anastasia Green hanya gadis yatim p...