Part 27. Ruthless

1.2K 165 29
                                    

Part 27. Ruthless

"Pak Akira?"

Manik mata hijau cemerlang bak batu emerald itu terbelalak. Anastasia terpaku di tempat seperti sebongkah batu besar memaku nya hingga hanya mampu berdiri dengan wajah pucat pasi. Tubuhnya seakan kaku meskipun otak nya yang berpikir rasional meneriaki nya untuk lari sejauh mungkin. Tapi ketakutan tetap menahannya, memaku nya kuat hingga ia tak mampu bergerak bahkan bernapas sekalipun. Kini ia terlihat seperti kelinci kecil yang bertemu singa lapar yang siap menerkam nya dalam satu gigitan tajam.

Sisa – sisa aura membunuh masih menguar dari tubuh Akira membuat Anastasia ketakutan bahkan untuk sekedar mengagumi penampilannya yang biasanya rupawan itu. Anastasia merasakan jantungnya berdebar keras, berdentum-dentum seolah akan jatuh dari pangkal nya karena ketakutan yang mendera nya detik ini.

Anastasia mengumpati dirinya sendiri karena berada di tempat dan waktu yang tidak tepat. Tanpa sadar matanya bergerak ke arah pria malang yang kini sudah tak sadarkan diri di lantai toilet, membuat nya bertanya-tanya, akan kah dirinya berakhir sama dengan pria itu.

Lelaki bermanik mata sehitam malam itu menyeringai tipis. "Aku tidak menyangka bertemu dengan mu disini." Akira memindai keseluruhan penampilan Anastasia dan menyadari gadis itu ketakutan dengan tubuh gemetar. Salahkan takdir perempuan itu yang sial harus bertemu dengan nya malam ini di tempat ini.

Tiba-tiba Akira menggerakkan jari telunjuk nya dan menaruhnya di mulut nya dengan seringaian menyeramkan dan sorot mata pembunuh berdarah dingin. "Sssst......?"

Suara itu sama mengintimidasinya dengan tatapannya yang tajam, membuat Anastasia semakin ketakutan. Dia seperti tidak mengenal Akira yang ini. Dia seperti lelaki asing, menyeramkan. Anastasia langsung menggelengkan kepala, memberanikan diri meskipun seluruh tubuhnya sudah gemetar setengah mati.

Dengan cepat Anastasia menganggukkan kepala. Dia tidak mampu berkata - kata. Karena ketakutan seolah memeluknya erat. Tapi tatapan mata dan fokus Anastasia terbelah antara Akira dengan lelaki korbannya yang teronggok di lantai toilet yang dingin dan lembab.

Tubuh lelaki itu sudah bersimbah darah dari pukulan-pukulan bertubi-tubi yang ia dapatkan tadi. Ana mengerutkan kening dengan mata nya mengawasi dan sepercik rasa lega muncul di hati nya kala ia melihat lelaki itu masih bernapas dengan dada yang naik turun pelan. Tanpa dia sadari perilakunya yang sangat halus itu tidak luput dari pengamatan Akira.

Mata Anastasia melirik pada noda darah di lantai. Noda merah darah mungkin masih bisa hilang dengan banyak disiram air tapi bau anyir dari darah itu yang sulit dibersihkan terlebih jika darah itu terlanjur mengering di atas lantai.

Dalam hati Ana bertanya-tanya, apakah Akira sudah puas memukuli musuhnya? Bukan kah musuh nya sudah kehilangan kesadaran? Harusnya lelaki ini tidak akan bertahan disini untuk menghabisi nyawa musuhnya, bukan?

Tanpa Ana sadari, Akira sedang memperhatikannya dengan tatapan tajam. Akira mengangkat alis. Dia tak menduga bahwa alih-alih berlari atau menjerit-jerit histeris, Anastasia justru melakukan sesuatu yang berbeda. Perempuan itu memilih diam dengan wajah pucat pasi dan ketakutan. Tapi dia bertahan.

"Anak buah ku sedang berlari kesini. Mereka akan membereskan orang ini terlebih dahulu setelah itu kau bisa melakukan pekerjaan mu, membersihkan noda – noda itu." Akira menunjuk noda – noda merah kehitaman kental yang tercecer di lantai itu dengan dagu nya.

Akira melangkah mendekati Ana, refleks perempuan itu mundur. Akira mendengus samar, dia tahu perempuan di depannya ini ketakutan setengah mati saat ini pada nya. Ana bahkan mundur tiap kali satu langkah Akira buat ke depan nya. Tapi Akira memilih berbalik ke samping dimana terdapat wastafel dari marmer hitam dengan cermin besar hingga ke langit-langit nya.

Akira's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang