Part 26. Double sided sword

1.3K 159 22
                                    

Part 26. Double sided sword

"Akhirnya pekerjaan hari ini jadi lebih cepat selesai karena bertiga." Kata Jimmy. Jimmy adalah lelaki bertubuh kecil dan kurus yang memiliki wajah oriental. Dia menggerakkan kedua tangannya ke atas lalu menggeliat.

Tanpa terduga, Ana bekerja malah dipekerjakan sebagai dishwasher di restoran ini. Ada tiga orang yang bekerja sebagai dishwasher disini. Jimmy yang bertubuh kecil dan kurus, Alex yang bertubuh tinggi dan besar dengan timbunan lemak di perut nya dan hampir semua otot-otot nya tertutup timbunan lemak dan juga Anastasia, satu – satu nya wanita di team dishwasher ini.

Awalnya mereka diterima sebagai asisten koki bagian pastry tapi karena bagian cuci piring sedang kosong dan belum ada karyawan lagi, jadi pihak manajemen meminta mereka bertiga untuk bekerja di bagian cuci piring ini dengan alasan masa training.

"Ini berkat Ana. Terima kasih bantuannya, Ana." Ucap Alex sambil mengunyah apel segar dari dapur.

Ana hanya membalasnya dengan senyum dan mengangguk pelan. Dia masih harus menyusun piring-piring ini sesuai ukuran agar bisa dipakai lagi besok ketika restoran buka kembali.

"Ngomong-ngomong, kita sampai kapan training di bagian cuci piring ini terus?." Kata Ana sedikit mengeluh pada dua temannya. Dia ingin sekali segera bergabung dengan chef Marco di bagian pastry. Chef itu bahkan sempat meminta maaf pada mereka bertiga karena mereka terpaksa alih - alih membuat kue, mereka malah harus mencuci piring.

"Tapi mau bagaimana lagi ternyata Chef Marco tidak butuh - butuh amat asisten. Ditambah di bagian cuci piring sedang kosong. Bagaimanapun kita butuh uang, kan? Jadi daripada menjadi pengangguran lebih baik jalani saja pekerjaan ini." Ucap Jimmy.

Ana memang kadang sebal bekerja dengan pria kecil dan kurus satu ini. Karena biarpun badan nya kecil tapi mulut nya besar dan bila sudah bicara sulit sekali berhenti. Kepala Ana sampai pusing mendengar nya berceloteh selama bekerja. Tapi dia lelaki yang sangat ramah. Ana bersyukur punya rekan kerja baik seperti mereka berdua.

"Iya. Lagipula aku tidak ingin mengecewakan pak Akira. Life must go on, right?" Ucap Ana dengan lesu.

"Kau mengenal Pak Akira, sang pemilik BoomBox ini? Bagaimana bisa?" Alex bertanya seolah itu adalah hal langka dan luar biasa.

Ana membalas nya hanya dengan mengangguk-anggukan kepala, "Surprise.... I'm dukun. Pelet. Pelet. Pelet." Ana tertawa dengan Jimmy karena berhasil mengerjai si bongsor Alex.

"Ih kalian ini, aku serius." Kata Alex.

Ana lalu menghela napas lesu. Karena aku istri rahasia nya. Lanjut Ana dalam hati. 

"Tidak, Alex. Kau tahu sendiri kan, Pak Akira yang menjadi juri penerimaan kita waktu itu. MC sendiri bilang kalau dia jarang sekali terlihat di restoran nya ini. Jadi sangat langka dia mau terlibat, bukan? Nah bukankah disayangkan tiga orang yang dipilih para chef dan owner malah dijadikan tukang cuci piring?" Kata Anastasia.

"Kau benar." Balas Alex dan Jimmy bersamaan. Ketiganya terdengar menghela nafas lesu. Ketiganya duduk berjejeran, Alex di sisi kiri sambil memakan apel. Jimmy di sisi kanan akhirnya mengunyah tomat di tangannya. Dan Anastasia di tengah yang terjebak diantara dua lelaki yang cuma bisa makan itu. Ketiganya menghela nafas lagi.

"Kau mau apel?" Alex menyodorkan apel ke Ana.

"Tidak yang bekas gigitan mu juga." Gerutu Ana

"Ya sudah." Kata Alex

"Hmmmm." Suara helaan nafas ketiganya.

Terkadang realita itu lebih kejam daripada ibu tiri.

*****

Akira's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang