Part 28. Intertwined fate

1.3K 153 19
                                    

Part 28. Intertwined fate

Sementara itu di suatu tempat di atas perbukitan yang dikelilingi hutan pinus, sebuah mansion megah berdiri. Bangunan berwarna putih itu terlihat kontradiktif dengan kegelapan hutan di sekeliling nya. Hujan juga sudah turun sejak matahari tenggelam dan mengucapkan salam perpisahan pada bumi.

Hujan telah turun begitu derasnya hingga pemandangan di jendela besar mansion tersebut berubah serupa tirai air yang menghalangi pemandangan. Langit pun telah menggelap pertanda malam sudah mulai mengarungi permukaannya. Rumah besar itu adalah rumah utama kediaman keluarga keturunan terakhir dari mafia sisilia yaitu kediaman keluarga Ferrero. Dan satu - satunya penerus yang tersisa adalah Baron Ferrero.

Baron Ferrero masih duduk di meja kerja nya di sebuah ruang kerja pribadi. Ruangan itu di dalam nya terdapat perpustakaan pribadi dengan deretan buku-buku tua yang harganya mahal dan fantastis, karena sebagian besar buku-buku itu adalah buku-buku langka yang bahkan diburu oleh para kolektor buku. Ruangan itu didominasi dengan nuansa kayu di hampir seluruh dinding dan lantai nya. Ruangan ini terletak jauh di sudut terdalam mansion nya. Perpustakaan merangkap ruang kerja itu terdiri dari dua lantai. Terdapat sebuah lampu chandelier mewah dengan jalinan besi tembaga terbaik membentuk sulur-sulur indah dengan lampu-lampu kecil yang cantik tengah tergantung di tengah ruangan. Sebuah perapian kecil terlihat menghiasi ruangan itu di kala cuaca dingin menusuk tubuh. Perapian itu terlihat menyala dengan kayu-kayu bakar yang menghitam dimakan si jago merah. Tepat di depan perapian itu terdapat satu set sofa dengan meja kecil di tengah nya. Terdapat satu set teko mahal di letakkan di atasnya guna menyuguhkan teh berkualitas terbaik dengan harum bunga chamomile yang menenangkan.

Lelaki itu masih mengenakan kemeja putih tulang yang dua kancing teratas nya sudah terlepas, tanpa dasi yang mencekik nya seperti tadi seharian ini. Jas nya juga sudah dibiarkan tergantung di gantungan khusus dibelakang kursi kerja nya. Tatapan matanya tertuju pada sebuah bingkai foto kecil di sudut rak buku dekat meja kerja nya. Baron menatap sosok di dalam foto lama tersebut. Terlihat seorang wanita muda dengan tubuh tinggi dan kecil, berambut coklat gelap yang berkilau.

Perempuan itu mengenakan gaun pantai sederhana berwarna putih. Dengan rok selutut nya terlihat berkibar tertiup angin pantai. Dia tampak bahagia dengan senyum indah menawan sambil salah satu tangannya menahan topi pantai yang besar berwarna coklat. Baron mengambil pigura berisi foto wanita tersebut. Lalu mengusap wajah wanita di foto itu dengan lembut. Mata lelaki itu berkaca-kaca seolah menahan kerinduan yang sudah lama ia pendam dalam-dalam di hati nya.

"Aku menduga kau sudah tiada. Aku berharap itu hanya dugaan ku saja. Ku harap kau hidup dengan wajah penuh senyum bahagia di suatu tempat. Seandainya aku lebih berani untuk memperjuangkan mu saat itu. Mungkin kau tidak akan berakhir seperti ini, Elara." Ucap Baron pelan.

Tiba - tiba pintu ruang kerjanya dibuka seseorang dari luar tanpa mengetuk pintu. Orang itu merangsek masuk. Refleks Baron membuka laci penyimpanan pistol di meja kerja nya dengan gerakan sangat cepat. Hanya dalam hitungan detik pistol itu sudah mengarah pada orang tersebut.

"Hey. Hey. Chill, bro. Ini aku. Czar." Kata lelaki itu. Czar Zarkov menyeringai ketika wajah dan tubuhnya mulai tertimpa cahaya lampu yang lebih terang.

Seketika Baron menurunkan pistol nya dan meletakkannya kembali ke dalam laci di bawah meja.

"Sebaiknya apa yang ingin kau katakan ini sangat penting, Zarkov." Kata Baron dingin.

"Alejandro. Dia sudah tewas." Kata Czar.

"Bagus lah. Setidaknya aku tidak perlu mengotori tanganku untuk membunuhnya, bukan?" Kata Baron dengan senyum sinis di bibirnya.

"Aku tahu, kita memang akan tetap melenyapkannya nanti. Tapi masalahnya dia tewas di tangan Akira. Kalau seperti itu berarti Alphard sudah tahu kalau dia bersekongkol dengan kita. Kalau begini caranya cepat atau lambat dia akan menemukan kita." Czar berkata sambil mondar - mandir di ruangan kerja Baron yang luas itu. Sorot matanya menyiratkan ketakutan, panik dan rasa frustasi.

Akira's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang