7. Jam Tangan

1.6K 72 0
                                    

Pagi ini Alin berencana berangkat sekolah menggunakan sepeda phoenix nya. Alin yang baru saja menutup gerbang rumahnya dan sambil menuntun sepedanya.

"woii" teriak Hendra di depan pagar rumahnya.

"apa!" ketus Alin

"buset dah ketus amat" sahut Hendra

"biarin wlekkk" ucap Alin sambil meletakkan lindahnya.

Hendra hanya mendengus kesal, " btw lo pakek sepeda berangkatnya?"

Alin hanya mengangguk dan akan menjalankan sepedanya tapi Hendra menghalanginya.

"apaan sih! awas minggir keburu telat nih," ucap Alin sambil menatap Hendra garang.

"sabar atuh cantik marah marah mulu dari tadi," jeda Hendra " lo tunggu sini ya gue ambil sepeda dulu"

"hm"

Hendra bergegas mengambil sepeda gunung yang ada di garansinya.

"ayok" ucap Hendra setelah sampai di samping Alin, "siapa cepat yang sampai di sekolah dia yang menang, yang kalah harus teraktir yang menang!" setalah mengucapkan peraturan itu Hendra langsung menggoes sepedanya dengan cepat meninggalkan Alin yang masih  mencerna kata-kata Hendra.

" woii Hendra kampret! belum di hitung, lo main curang!" terik Alin sambil mengejar sepeda Hendra yang sudah jauh.

Di sepanjang jalan menuju ke sekolahan Hendra tertawa lepas sedangkan Alin terus saja meneriaki Hendra, sehingga semua mata tertuju kepada kedua sejoli yang sedang kejar kejaran dengan sepeda.

"Woii Hendra curang lo ya awas aja gue patahin tulang lo!"

"hahaha sini sini kejar gue kalau bisa"

Alin menggoes sepeda dengan sekuat tenaganya, tapi itu semua tidak bisa mengejar Hendra yang sudah jauh.

Sesampainya Hendra di parkiran sekolah Hendra sampai lompat lompat seperti anak kecil yang di belikan permen oleh ibunya sedangkan  Alin hanya mendengus kesal.

"Yesss yuhuu dapat traktiran!" ucap Hendra kegirangan.

"Ogah! lo main curang" sentak Alin

"Padahal engak curang, dah yok ke kantin laper nih sesuai perjanjian lo harus traktir gue!"

"Gak mau!"

"Dah ngak usah banyak ngemeng lo!" ucap Hendra sambil menarik tangan Alin menuju ke kantin. Alin hanya pasrah karena sudah lelah untuk berdebat.

Tanpa Alin sadari,David sedari tadi  yang sudah duduk di atas motor bersama teman-temannya mengamati Alin dan Hendra dari jarak jauh. Seketika muka David menjadi lebih datar sedatarnya auranya menjadi lebih dingin,tangannya mengepal erat. Teman-temannya yang merasa aura yang menyeramkan lantas saling pandang dan pandangan terakhir tertuju ke pada David.

"Lo kenapa vid?" tanya Doni dengan hati-hati.

David tidak menjawab dia lantas pergi meninggalkan teman temannya.

🦋🦋🦋

Bel istirahat telah berbunyi  seluruh siswa berbondong-bondong pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka. Kantin semakin riuh ketik David dan kawan kawan menginjakkan kaki ke kantin.

"Astagfirullah David makin cakep aja skincare apa biar pacar gue gak burik burik amat?" tanya Rani teman sekelas Alin.

"Emang lo punya pacar?" cletuk Agas kelas sebelah.

"ya kagak sih" sahut Rani, sontak seluruh warga kantin tertawa.

"sama a'a agas aja kalau begitu"

DavlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang