30. Penyelidikan

342 19 2
                                    

Happy reading♡

"Kalin kalau makan jangan rakus, gak tau malu banget," sinis Amanda.

"Bener-bener ya, mulut lo udah kayak cabai rawit satu ton pedesnya minta ampun. Gue jahit juga tuh mulut," ketus Jony.

"Sebelum lo jahit mulut gue, gue duluan yang bakal potong tangan lo," ucapnya sambil tersenyum miring.

Jony langsung bergidik ngeri,"Istighfar Man, wah lo pasti di rasuki sama syaiton,"

"Amanda polos-polos, tapi ngeri juga ya," bisik Andi.

Alin tertawa melihat ketakutan mereka berdua,"Udah gak usah dipikirin ucapan Amanda tadi, dia memang gitu orangnya suka ngomong ya enggak-enggak."

"Tapi beneran kan Lin Amanda enggak bakal potong tangan gue?" tanya Jony.

"Enggak mungkin, lo bego banget jadi orang di bohongin aja percaya," timpal Cessa.

Indah mengangguk membenarkan,"Amanda liat ikan di potong aja udah histeris, mana tega dia potong tangan lo,"

Sedangkan Amanda yang sudah tidak bisa menahan tawa, ia langsung menertawakan raut wajah Jony yang ketakutan. "Dasar bodoh. Gue cuma bercanda kalik ya kalik gue serius, liat darah aja gue udah takut."

"Dasar gak ada akhlak! Don mending akhlak lo yang udah kelebihan, lo sumbangin ke Amanda yang minim akhlak!" sewot Jony.

"Kenapa lo takut banget?"

"Ya takut lah, baru kemarin malem gue mimpi di tusuk sama orang, masak sekarang udah mau kejadian,"

"Gak usah dipikir itu cuma bunga tidur," ucap Indah.

"Makanya berdoa, sebelum tidur." celetuk David. "Cepet lanjut makan," perintahnya.

"Beneran deh Lin gue keenakan masa baru datang udah di suruh makan. Kan kalau gini keenakan banget jadi betah di rumah lo," ucap Jony tanpa rasa malu.

"Sering-sering main kesini aja," tawarnya.

Jony langsung antusias,"Emang boleh?"

"Iya boleh, tapi lo harus rawat inap di rumah sakit selama seminggu," jawab David cepat.

🦋🦋🦋

Setelah menyelesaikan makan siang mereka semua langsung menuju ke ruang keluarga. David, Alin, Cessa dan Indah  duduk di sofa sedangkan yang lainnya memilih untuk merebahkan tubuhnya di karpet berbulu sambil menonton televisi.

David menyodorkan beberapa obat untuk Alin."Nih minum obat dulu,"

Alin menerimanya lalu ia meminumnya di bantu dengan air putih.

"Gimana ceritanya bisa sampai keserempet Lin?" tanya Doni.

"Iya, terus kok lo bisa sama Geng Lava padahal mereka di kenal begis. Emang lo gak takut?" timpal Jony.

"Tanya satu-satu Alin jadi bingung kan mau jawab yang mana!" celetuk Amanda. "Oh iya Lin, tapi lo gak luka parahkan? Terus mana aja yang sakit? Lo hafal gak ciri-ciri yang udah nyerempet lo? Atau lo hafal gitu platnya. Tega banget langsung per-"

"Heh, cabai rawit lo tuh yang seharusnya tanya satu-satu, lo nyerocos mulu udah kayak kaleng rombeng. Kasihan Alin yang pusing denger suara cempreng lo yang kebanyakan tanya!" potong Jony.

Amanda langsung melempar bantal yang ia pegang kepada Jony. "Gue kan khawatir sama Alin sahabat gue. Wajar dong kalau gue banyak tanya!"

"Kalin berdua ribut mulu lama-lama kalian gue nikahin!" ucap Andi.

DavlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang