28. Keterlaluan

459 24 3
                                    

happy reading!
.
.
.
"

Eh, itu bukannya Alin ya?" 

"Mana sih!"

Kedua gadis ini berada di dalam mobil, sambil menunggu lampu berubah warna menjadi hijau.

"Itu loh, yang bagi-bagi nasi kotak," tunjuknya.

Ia langsung menyeringai.

"Lo kenapa menyeringai?" ucapnya takut.

"Gapapa."

"Yuk kita samperin,"

"Buat apa?"

"Ya, kita bantu-bantu lah siapa tau tenaga kita berguna,"

"Gak usah buang-buang tenaga."

Ia memperhatikan gerak-gerik Alin, keberuntungan berpihak kepadanya, saat Alin mulai berjalan di pinggir jalan dan di hadapannya. Lampu berubah warna menjadi hijau, ia langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata  sehingga Alin terserempet.

Brak

"LO GILA!" teriak seorang gadis, ia menoleh kebelakang memastikan jika Alin baik-baik saja tapi yang ia lihat Geng Lava mengerumuni Alin.

"HAHAHAHA YA GUE GILA!" teriaknya tak kalah lantang. "Kenapa? Mau mati bareng?"

Ia menggelengkan kepala, tidak menyangka jika sahabatnya bisa berbuat sejauh ini.

"Lo jangan berani bilang ini ke siapapun. Kalau lo barani gue bakal bongkar kebusukan keluarga lo dan lo sendiri atas apa yang lo lakuin ke keluarganya Alin,"

Merasa tak ada jawaban dari sahabatnya ia langsung membentaknya,"NGERTI GAK!"

"I-ya."

Ia melirik kesamping lalu menyeringai,"Bagus,"

🦋🦋🦋

Tok

Tok

Tok

"Masuk!"

"Ngapain lo kesini?" tanyanya tak suka.

Sedangkan yang di tanya, tak menanggapi ia lantas mengunci pintu kamar.

"HEH! NGAPAIN DI KUNCI SEGALA!" bentaknya.

"Diva," ucap David. "Gue kesini cuma mau menyelesaikan masalah kita," ia mulai berjalan mendekati Diva lalu duduk disampingnya.

"Lo udah seminggu marah sama gue. Dan gue gak tau apa kesalahan gue?"

"Dan seminggu ini setiap pagi mata lo selalu bengkak. Gue tau setiap malam lo nangis, kalau ada masalah bisa cerita ke abang."

"Gak perlu dan jangan sok baik ke gue!"

David hanya bisa bersabar menghadapi adiknya, ia tersenyum manis walau wajahnya sangat pucat. "Diva kalau abang punya salah, maaf ya. Abang cuma gak mau Diva jauhin abang."

Ia mengelus rambut adiknya dengan lembut tak ada penolakan darinya. "Diva tau gak, kalau Diva diemin abang rasanya mau mati rasa,"

"Diva jangan nunduk terus, sini abang pengen liat muka cantik kamu dari deket. Selama seminggu ini kamu jauhin abang."

David mulai menarik dagu Diva untuk menatapnya."Kamu nangis kenapa? Bilang sama abang siapa yang bikin kamu nangis biar nanti abang kasih pelajaran!"

"Diva jawab jangan diam aja!"

Dan disinilah runtuhnya benteng pertahanan Diva selama satu minggu."Hiks Hiks abang yang bikin Diva nangis! Hiks ke-kenpa abang sembunyikan rasa sakit abang? Kenapa hiks Abang gak bagi rasa sakit abang ke Diva? KENAPA BANG!"

DavlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang