29. Teror

342 19 1
                                    

"Lepas David,"

"Gak!"

"Lepas ih, gue gak bisa napas,"

"Gak mau,"

Alin menghembuskan napas dengan gusar, melihat kelakuan David yang kekanak-kanakan sudah setengah jam sajak David datang kerumahnya ia langsung memeluknya dari samping. "David lepas dulu ya,"

Dijawab dengan gelengan kepala.

Seketika keadaan menjadi hening, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Alin yang tengah fokus memainkan permainan yang ada di ponselnya, sedang David memeluk Alin dari samping.

"Tia," panggil David.

"Hm,"

"Tia,"

"Hm,"

"Tia!"

"Apa David!"

"Dengerin dulu mau ngomong nih aku!"

"Ya udah ngomong aja,"

"Jangan main ponsel dulu,"

"Nanggung udah mau menang nih,"

Alin melirik David yang tidak meresponnya Dilihatnya David sedang memejamkan matanya. Jika dilihat dengan jarak sedekat ini David terlihat sangat tampan, bulu mata lentik,hidung mancung, rahang tegas. Tapi tunggu ada yang aneh dengan David wajahnya sangat pucat dan tubuhnya semakin kurus.

"David are you okay?"

"Ya,"

"Beneran? Lo kelihatan pucat banget,"

"Aku kamu Alin," tegasnya.

Alin memutar bola matanya dengan malas,"Iya deh."

"Maaf,"

"Untuk?"

"Yang kemarin udah kasar,"

"Itu aja?"

"Kan salah ku cuma itu aja,"

"Cih,"

"Iya Tia.Maaf hari Senin gak jemput kamu jadinya kamu telat. Maaf udah ninggalin kamu di roofrop sendiri. Udah kasar sama kamu kemarin,"

"Penjelasan?"

David mulai membenarkan posisi duduknya lalu menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk memulai penjelasannya."Yang pertama aku gak jemput kamu karena waktu itu aku beneran lupa. Yang kedua ninggalin kamu sendiri itu karena Dea pingsan aku takut dia kenapa-kenapa. Yang ketiga untuk kasar waktu itu aku gak suka kamu pulang bareng cowok lain."

"Udah?" tanya Alin.

"Udah."

"Oke sekarang giliran gue. Yang pertama lo lebih mementingkan Dea di banding gue, gue tau waktu itu lo berangkat sama Dea. Dan untuk alasan yang ketiga menurut gue gak masuk akal lo berangkat pulang sama cewek lain juga kan? Terus apa yang jadi masalahnya? Kita imbang."

"Gak gitu maksud aku,"

"Gak gitu gimana?" tungkas Alin. " Udah lah Vid kepala gue jadi tambah pusing, mending lo pulang gue pengen istirahat."

"Alin,"

"Pulang!"

"Gak! Aku tetap di sini," ucapnya sambil memeluk Alin lagi.

"Terserah."

Dret

Dret

Dret

DavlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang