Hari ini adalah hari Senin dimana seluruh pelajar masuk sekolah. Alin dan Hendra berangkat bersama, setalah keduanya menjaga jarak kini mereka kembali bersama dan itu membuat seluruh warga sekolah gempar dengan kebersamaannya.
"Lo beneran gapapa?" ucap Hendra saat keluar dari mobilnya bersama Alin.
"Iya gue gapapa,"
"Lo mending gak usah berangkat sekolah dulu," usulnya.
"Gue gapapa Hendra astaga," jengah Alin. Pasalnya Hendra sudah mengucapkannya lebih dari sepuluh kali saat di mobil.
"Kalau yang itu lo yakin gapapa?" tunjuk Hendra, saat Dea memeluk David di atas motor.
Alin tersenyum tipis melihatnya, oh ayolah baru kemarin mereka berbaikan sekarang David sudah mencari masalah baru. David juga nampak tak risih jika Dea memeluknya seperti itu. "Hm, kekelas yuk,"
Hendra berjalan mensejajarkan langkahnya,"Gak usah di pikirin Lin, cowok masih banyak di luar sana. Kalau gak dapet David kan lo dapet Hendra," ucapnya sambil merangkul pundak Alin.
Alin tertawa mendengarnya,"Dih apan sih lo, makin stres."
"Iya aku stres karena gak ketemu kamu," ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Alin bergidik ngeri mendengarnya."Jijik Ndra! Lo mending gak usah kebanyakan main sama Tono deh."
"Kenapa emangnya?"
"Lo kalau main sama dia jadi ALAY TAU GAK!" bentaknya di akhir kalimat.
🦋🦋🦋
"David tunggu!" teriak Dea mengejar langkah panjang David.
"David!"
Sedangkan yang di panggil terus berjalan tak menoleh ke sumber suara.
"Minggir," dingin David.
Dea yang sudah berhasil di hadapan David langsung menghalangi jalannya. "Gak! Kamu kenapa sih pagi-pagi udah marah-marah,"
"Pikir sendiri!" ketusnya.
"Gak bisa kamu tau kan otak aku RAM nya kecil jadi gak tau dong, kesalahan ku dimana?"
"Bodoh!" ucapnya lalu berjalan menuju kelas meninggalkan Dea yang menatap punggungnya semakin menjauh.
"David!" teriaknya kesal.
🦋🦋🦋
Alin mengerutkan kening saat menemukan kado berpita merah di laci mejanya," Apa nih?"
"From Alin," baca Alin saat di atas kado terdapat tulisan tinta merah. Seketika bayangan saat kemarin ia mendapatkan kado dari orang yang tidak di kenalnya muncul kembali. Datak jantungnya berdegup kencang.
Matanya mulai memerah, tangannya bergetar saat hendak membuka pita tersebut. Ia mulai membuka kadonya, ternyata hanya berisi amplop putih. Alin dapat bernafas lega. Tapi, kelegaan itu tak bertahan lama, saat ia tau apa isi amplop tersebut, dapat membuatnya tercengang dan ketakutan kembali. Isinya hanya ada secarik kertas yang dapat membangun ketakutannya kembali datang.
"Kenapa muka lo pucet banget," ucap Amanda.
"Ha?"
"Lo sakit?" tanya lagi. "Eh itu apa?" Amanda menunjuk sebuah kertas yang di pegang Alin. "Wah, lo punya penggemar rahasia ya, sini dong coba gue pengen baca juga,"
Alin langsung menjauhkan kertas itu "Eh jangan. Ini kan khusus buat gue jadi lo gak boleh baca," ucapnya sambil tersenyum.
Amanda langsung mengerucutkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davlin
Teen FictionLEBIH BAIK, FOLLOW DULU🔮 "Lo mau jelasin apalagi sih ha! bukannya semuanya udah jelas, toh kita juga bukan siapa-siapa lagi." "Kita kan masih pacaran." "Ha? Pacaran? Lo kemana aja selama 2 tahun ini lo gak ada kabar lo pura-pura lupa atau amnesia b...