Hari ke-6

1K 187 115
                                    

Apa yang Minho harapkan dari membuka mata, dengan pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah wajah Chan yang begitu dekat dengannya?

“Gila!” Minho segera membekap mulut sebelum teriakannya membangunkan semua orang. Kantuknya mendadak hilang. “Chan, lo kenapa tidur di sini?” bisik Minho, penuh gigit di bibir merah mudanya.

Badan Minho seketika kaku. Ia merutuki kebodohannya yang seharusnya tidak bertanya demikian. Minho hanya diminta menjaga adik-adik Chan, otomatis ia tidak mempunyai hak penuh untuk seenaknya tidur saat si pemilik belum pulang.

Larut dalam pikiran, Minho terlambat bertindak saat lengan Chan menimpa pinggangnya, pun kaki Chan yang jatuh ke atas kakinya. “Chan!” Minho sontak berteriak tanpa suara.

“Min-Min, bobok yang anteng, Sayang .... Kamu mau nindih Jiji tadi ....” Chan mengigau dengan mata sipit yang terpejam. Pemuda itu menarik badan Minho, kemudian menepuk-nepuk puncak kepalanya. Chan hampir mencium dahi Minho jika saja Minho tidak segera memutar badannya dengan penuh paksaan.

“Lo gila, Chan! Yang ada, lo yang malah nindih gue!” ujar Minho, masih sambil menahan intonasinya agar tidak meninggi. Ia lalu ikut memutar badan, memunggungi Chan.

Jantung Minho sangat berisik saat ini. Detakannya lebih cepat dan membuat si pemilik menjadi susah tidur hingga beberapa menit terlewati. Selepas itu, saat kantuk menguasai, Minho tidak menyadari bahwa posisi tidurnya kembali, pun Chan yang menghadap Minho lagi.

Agaknya, pagi nanti adalah giliran Chan yang akan memaki diri sendiri.


***

Saat terbangun kedua kalinya, Minho lebih bersabar dalam membuka mata. Ia menahan napas, kemudian mengembuskannya dengan lega ketika hanya ada Jisung, Felix, dan Jeongin di sampingnya. Namun, pikirnya lalu menerawang, mempertanyakan keberadaan Chan.

Kali ini, sambil benar-benar memperhatikan jalan dan memastikan bahwa bukan tembok yang akan menyapa dahinya, Minho berjingkat menuju dapur untuk menemukan Chan yang sedang sibuk mengaduk susu formula.

“Chan,” panggil Minho pelan, membuat yang dipanggil terkejut dan langsung mundur beberapa langkah.

“Oh, Min-Min, pagi ....”

Keduanya lalu terdiam, dengan telinga kompak bersemu merah. Minho mematung lantaran panggilan Chan yang mengingatkannya tentang kejadian semalam, sedangkan Chan untuk kisah yang sedikit berbeda.

Memang masih kejadian semalam, tetapi dengan insomnia yang membuat mata dan pikiran Chan tidak lelah untuk bekerja. Chan menemukan dirinya hanya memandang dan mengagumi paras sang teman sebangku, sambil sesekali mencoba memejam. Begitu lama, dari pukul sepuluh sampai berganti tanggal.

Chan akan sigap menghalangi kaki dan tangan Minho yang hampir selalu menimpa adik-adiknya. Semula sambil duduk, lama-lama Chan menghalangi Minho dengan pasang badan, tidur di antara Minho dengan sang adik pertama. Sampai akhirnya, Chan bisa tertidur dan tidak mengetahui bahwa Minho terbangun beberapa saat kemudian.

Kembali pada detik ini, Minho yang pertama tersadar dari lamunan. Ia menggaruk hidung bangirnya, memecah senyap dengan berkata, “Chan, susu lo ....”

Chan sontak membelalak, buru-buru meraba tubuh bagian depan, menutupnya dari pandangan Minho meski ia mengenakan kaus hitam. “Susu gue kenapa, Min?” tanyanya dengan panik.

Tawa Minho pecah seketika. Begitu lepas dan bebas. Sambil menunjuk gelas susu yang isinya meluber karena terlalu cepat diaduk, Minho berkata, “Maksud gue yang itu, Chan!”

MILD [Banginho/Minchan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang