Hari spesial untuk orang spesial pula, yang Chan harap—baik hari ini sampai seterusnya—mereka akan selalu bersama.
Hari ini akan menjadi hari yang indah bukan?
***
“Pagi, Pacar!”
Brak!
Chan mendapatkan serangan pada pagi-pagi buta. Ia yakin betul bahwa ini hanya mimpi semata. Mimpi yang sangat ia harapkan, tetapi ia sadar diri karena yang diinginkannya itu tidak akan terjadi. Jadi, kedatangan Minho dengan senyum cerah yang menyambanginya pagi ini pasti mustahil adanya.
“Pacar! Kok, ditutup, sih?”
Sungguh. Ini pasti hanya mimpi. Tolong, siapa pun, bangunkan Chan sebelum perasaannya pada sang kawan kian menjadi-jadi. Sekali lagi, Chan tidak percaya diri.
“Pacar!”
“Ini pasti bukan Minho. Siapa lo?” Chan menahan pintu kontrakannya agar tidak bisa dibuka. Napasnya tidak beraturan, lelah luar dalam dengan berbagai alasan. Chan merasa adrenalinnya berpacu seperti dalam film horor penuh aksi.
“Chan, ini gue ....”
Namun, suara ini benar-benar terdengar seperti Minho. Suara yang pernah menyatakan cinta padanya. Layaknya baru kemarin, suara itu yang buat jantung Chan berdebar hebat, tubuhnya menghangat, dan–Oke, Chan putuskan berhenti di sana.
Maka, dengan perlahan, Chan buka sedikit pintunya, yang segera menampilkan wajah semringah Minho di antara cerahnya mentari. Chan bahkan merasa bahwa si Bintang Besar itu kalah dengan keindahan Minho setiap hari. Sial, Chan kelepasan memaki.
Kembali ke situasi pagi ini. Begitu pintu terbuka lebar, Minho segera merentangkan tangan, menanti sambutan dengan berkata, “Ini gue, pacar lo!” Dan, detik itu juga, pintu kembali ditutup dengan bunyi kencang oleh si empunya kontrakan.
“CHAN!”
Aksi saling dorong pintu tidak terelakkan. Minho yang menang karena Chan tidak kuasa menahan, menahan gejolak perasaan yang membuat tubuhnya melemah. Chan lemah di hadapan Minho seorang.
“Lo itu kenapa, sih?” Minho berkacak pinggang begitu ia berhasil masuk ke kontrakan Chan. Pemuda itu memasang wajah kesal yang malah tampak lucu di mata Chan. Chan jadi gemas ingin memeluk sang kawan–Oh, pacar maksudnya.
“Chan ....”
Tolong, siapa pun, hentikan Minho yang terus memanggil nama Chan. Si empunya nama serasa ingin meleleh tiap mendengarnya. Suara khas Minho yang dipadukan dengan nada manja sungguh tidak baik untuk Chan.
“Gu-gue cuma ....” Chan menelan ludah sebelum melanjutkan ucapannya dengan pelan, “Gue cuma masih nggak percaya kalau sekarang, ... kita pacaran ....”
Ini yang terakhir kalinya, Chan meminta tolong. Tolong, siapa pun, sembunyikan ia sehingga Minho tidak bisa melihat wajah merahnya. Chan ingin menangis diam-diam.
“Lo itu, ya ....” Sementara itu, Minho membuang napas dengan lelah. Kedua tangan masih bertumpu di pinggangnya. Minho benar-benar heran. “Lo pilih gue pukul atau gue cium biar sadar?” tanyanya dengan ringan.
![](https://img.wattpad.com/cover/270954166-288-k193711.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MILD [Banginho/Minchan]
FanfictionChan tidak pernah berpikir bahwa ia akan menyukai teman sebangkunya. Pun, tidak pernah menyangka bahwa sering menghabiskan waktu bersama di kontrakan kecil dapat menumbuhkan rasa cinta. Tidak pernah. Tidak sama sekali. Apa lagi, dengan adanya tiga b...