“Gue masih nggak percaya kalau kalian pacaran ....”
Sebaik apa pun rahasia dipendam, hidung kawan-kawan Chan dan Minho ini memang tidak bisa dilawan. Chan dan Minho memang selalu bersikap seperti orang berpacaran meski tidak berpacaran. Jadi, tentu saja tidak ada yang begitu curiga sampai hari ini tiba.
“Seriusan, deh. Gue yang sepupunya Kak Min aja nggak nyadar. Lo segitunya nggak mau ngasih tau kami, ya, Kak?” Seungmin bersedekap, menatap tajam Minho tanpa gentar. Ia merasa kecolongan. Hampir sebulan dan "peristiwa bersejarah" ini baru terbongkar.
“Gue, sih, nggak kaget-kaget banget, ya.” Hyunjin pun ikut dalam interogasi "Chan-Minho pacaran" ini dengan tenang. Pasalnya, ia telah menduga meski tidak disuarakan keras-keras. Tidak jarang, Hyunjin memang memergoki pasangan itu bergenggaman tangan di bawah meja, jauh dari mata anak-anak sekelas.
“Ngapain kalian berdua lihatin gue kayak gitu?” protes Hyunjin ketika Changbin dan Seungmin menatapnya tajam, penuh perhitungan.
“Lo nggak pren, Ayang Dua ....” Changbin menggeleng kecewa. Ia mengusap ujung matanya yang kering dengan dramatis. Panggilan Ayang-ayang dengan Hyunjin pun seperti sudah menjadi candaan sehari-hari. Seungmin sampai bosan dan memilih ikut saja dengan drama buatan sang kekasih ini.
“Gue kira, kita sobat selamanya kayak Adit sama Dennis, Jin. Walaupun kita berbagi Mas Abin, gue kira lo nggak bakal sejahat ini buat nggak ngasih tau gue, Jin.” Seungmin menggamit tangan Changbin, kemudian membuat mimik wajah sedih.
Di sisi lain, Hyunjin turut menangis. Untuk kasusnya, ini bukan tangis bohongan karena Hyunjin benar-benar mempertanyakan hidupnya kini. “Tuhan, kenapa saya bisa kejebak sama kelompok nggak jelas kayak gini ....” Pangeran Kelas itu menampilkan wajah jeleknya sambil berseru, “Gue capek sama dua pasangan ini. Mana gue belum punya pasangan lagi ....”
Beruntung, kelas sepi karena sekarang istirahat pertama. Kalau tidak, mungkin wajah Hyunjin ini akan berada di galeri ponsel anak-anak sekelas. Hyunjin lelah luar biasa.
“Jangankan kalian, gue aja nggak percaya kalau kami pacaran ....” Dan, ini dia si Protagonis yang mulai angkat bicara. Chan, sambil memangku dagu dan mengembuskan napas panjang, berkata dengan suara makin pelan.
Namun, Minho yang duduk di sebelahnya tentu saja dapat mendengarkan. Dengan berani dan cepat, ia kecup pipi Chan, kemudian ia merengut kesal. “Ngomong kayak gitu lagi, ganti bibir lo yang gue cium!” Minho membuang napas dengan keras. “Heran, tiap hari ngomong gitu, kayak sengaja banget minta dicium ....”
“Minho, nggak gitu ....” Chan jadi salah tingkah. Kecupan ini bukan yang pertama, tetapi tetap saja terasa aneh bagi Chan. Bukannya tidak suka, Chan hanya malu, apalagi teman-temannya melihat kejadian itu pula.
“Anjing, gue pengen.” Changbin ternganga. Baru kali ini rasanya, ia melihat orang berpacaran di depan mata. Changbin sungguh tidak menyadari bahwa dirinya pun sering memamerkan kemesraan di luar sana. “Ay, kalau gue bilang gue nggak percaya kita pacaran, lo bakal cium gue atau nggak?” tanya Changbin pada Seungmin yang berada di sebelahnya.
Seungmin yang ditanyai demikian hanya menyunggingkan senyum manis dengan mata menyipit. “Coba lo tanya sama Ayang Dua lo. Kali aja, dia yang bakal ngasih ciuman, hem?”
Mampus, ucap ketiga manusia yang terbebas dari amukan Seungmin tersebut.
“Ayang! Lo marah? Oh, nggak ternyata. Berarti, nanti boleh minta cium, dong? Ay?” Berikutnya, yang terdengar hanya Changbin yang berusaha membujuk Seungmin. Usai semuanya beres, Changbin lantas kembali menghadap bangku belakang.
“Udah dapet ciumannya?” sindir Minho, “Jangan sering-sering digituin anaknya. Nanti kalau putus, nangis, larinya ke gue semua ....”
Changbin terkekeh saja. Sambil mengelus kepala Seungmin yang duduk menghadap depan, ia berkata pelan, “Hehehe, nggak bakal sampai putus, lah. Susah banget sampai ke tahap ini soalnya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MILD [Banginho/Minchan]
FanfictionChan tidak pernah berpikir bahwa ia akan menyukai teman sebangkunya. Pun, tidak pernah menyangka bahwa sering menghabiskan waktu bersama di kontrakan kecil dapat menumbuhkan rasa cinta. Tidak pernah. Tidak sama sekali. Apa lagi, dengan adanya tiga b...