Bulan Keenam: Sedikit Kecewa

555 88 62
                                    

“Akhirnya, PAS selesai!”

Sebelah lengan menyambar bahu Chan, memeluknya hingga timbul suara benturan antarkepala. Chan meringis, tetapi tidak menyampaikan keberatan. Pasalnya, si pelaku adalah Minho, dan Chan mulai terbiasa dengan tingkahnya yang demikian.

Chan malah mengelus bekas benturan mereka, kemudian berkata serupa bisikan, “Gue seneng ngelihat lo yang lagi seneng kayak gini.” Lengan Minho lantas Chan pegang erat agar si empunya tidak ke mana-mana. Kalimat kedua yang dilontarkannya lebih lantang hingga yang lain dapat mendengarkan. “Nah, sekarang kelinci nakalnya nggak bisa berulah lagi!”

Sentuhan itu hanya Minho yang tahu, betapa Chan memperlakukannya dengan penuh rasa sayang. Meski tidak urung, Chan beri Minho pijatan dan gelitikan hingga membuat Minho menggelinjang. Jika ada yang bertanya Minho suka atau tidak, Minho tidak akan mengungkapkannya dengan keras. Itu rahasia.

“Besok jadi, kan, Chan?” Minho menggoyangkan badan, menyenggol sang pacar dengan sengaja. Senyum Minho belum pudar, tawanya masih terdengar, pun ketiga teman yang berjalan bersisian dengan mereka masih berusaha bertahan untuk tidak melemparkan makian.

Sungguh. Pasangan satu ini bisa sangat menyebalkan ketika bertingkah kekanakan dan merasa tidak ada orang lain di sekitar mereka. Alias, dunia milik mereka, yang lain harus membayar, bahkan untuk menikmati momen penuh cinta antara Minho dengan Chan.

“Iya, jadi. Gue juga udah nggak sabar buat nge-date be–”

“Uhuk-uhuk! Ayang, Hyuni batuk, mau mimi obat soalnya ada virus bulol di sini ....” Tanpa diduga, bukan Changbin yang menghentikan pasangan tersebut, melainkan Hyunjin. Lelaki itu sengaja memepet pada Seungmin, kemudian mendengkur seolah kucing.

Hyunjin lelah, pastinya. Ia lebih lelah ketimbang Changbin dan Seungmin, yang memang sudah sering bertingkah seumpama budak cinta yang paling kasmaran sedunia. Hyunjin juga bisa merasa iri, tahu, apalagi kedua pasangan tersebut adalah sahabat-sahabatnya, orang yang banyak menghabiskan waktu dengan Hyunjin.

Seungmin terkejut awalnya. Namun, ia bisa mengendalikan diri dengan apik. Sebelum bertindak, ia sempat melirik sang pacar yang asli. Saat dirasa tidak akan terjadi apa-apa, baru Seungmin mengikuti aliran drama dari Hyunjin.

Tidak terlalu mendramatisasi karena Seungmin benar-benar mengalir seperti air, ketika ia mengelus kepala Hyunjin, bahkan ketika ia berkata, “Ayang beneran sakit? Kalau gitu, besok kita nge-date di rumah aja, ya, sampai Ayang bener-bener sembuh.”

Saat itu sudah terjadi, jangan berharap bahwa Hyunjin bisa berdiri dengan tegak lagi. “BRO ABON, SEUNGMO BUAT GUE AJA, YA?” Hyunjin tidak perlu berpikir lama, pun menunggu waktu berjalan mendahului untuk menyatakan keinginannya kepada pawang Seungmin tersebut.

Hyunjin bahkan berani menendang pantat Changbin yang tidak kunjung menjawab. Hyunjin benar-benar bertindak terlebih dahulu sebelum berpikir masak-masak. “Bro, tumben lo diem aja dari tadi?” tanyanya dengan lebih lembut setelah berulang kali diabaikan.

Sementara, yang ditanya hanya menoleh sebentar. Lepas itu, Changbin kembali berfokus pada gawai, sesekali ia pun tampak memijat dahi yang dirasanya berdenyut kencang. “Sorry, Bro,” ucap Changbin lemah, “gue lagi nggak bisa main.”

Lelaki itu menutup ponsel, lalu mengembuskan napas panjang, sambil jemari masih menguasai dahinya. “Kakek gue daftarin gue ke les-lesan Protons tanpa bilang ke gue. Ini gue baru tau habis baca email mereka.” Changbin tersenyum tipis, menguatkan diri sendiri secara tidak langsung. “Belajar gue nambah lagi, deh, terpaksa ngurangin waktu ekskul sama main. Gue juga nggak bisa bantu jaga bocah-bocah besok, sorry, Chan.”

MILD [Banginho/Minchan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang