20

3.4K 325 26
                                    

"Ya Tuhan! Itu padahal sudah jelas kalau mereka saling menyukai satu sama lain, kenapa mereka tidak melakukannya saja?" Tae mengeluh sambil memperhatikan Namjoon dan Seokjin dari atas.

Ia berada di rooftop bersama Bogum untuk menonton matahari terbenam, sekarang topik mereka adalah Namjoon dan Seokjin.

"Yaa.. Kupikir mereka memiliki kesulitan masing-masing untuk mengungkapkannya, aku bisa mengerti karena aku memiliki seorang pria yang kusukai dan... —sial." Mulut Tae menganga sesaat setelah ia mendengar perkataan Bogum.

"Ya Tuhan... KAU MEMILIKI PRIA YANG KAU SUKA?!"

Bogum mengutuk dirinya karena begitu ceroboh. Bagaimana ia akan menyingkirkan topik ini?

"Oh, itu bukan apa-apa." , "TIDAK MUNGKIIINN!! Kau harus menceritakan tentangnya padaku! Ayolah, ayolah, ayolah!" Tae mendorongnya untuk bercerita. Bogum menggaruk tengkuknya.

"Tidak ada yang spesial, kurasa. Dia hanya tersenyum dengan kedua matanya, senyumannya juga sangat manis. Dan kau tau? Penampilannya itu seperti tidak nyata. Dia terlihat terlalu indah untuk dunia ini. Dan dibalik semua itu, ia memiliki hati yang baik."

Tae merasa turut bahagia untuknya, dia benar-benar jatuh cinta.

"Siapa namanya? Aku ingin bertemu dengannya! Dia sepertinya benar-benar menaklukan hatimu." Tae menggodanya, Bogum hanya tersenyum.

Tae benar-benar tidak tahu, ya?

"Kurasa kau tidak bisa menemuinya." , "Kenapa tidak—"

"Kecuali kau melihat ke cermin."

Tae tertawa, dia pikir itu adalah lelucon. "Kenapa aku harus melihat ke...cermin..." Tae akhirnya menyadari maksud ucapan Bogum. Ia membeku di tempatnya, dan ia bahkan tidak tahu bagaimana menanggapi itu.

"K-Kau.. menyukaiku?" Tanya Tae, Bogum mengangguk. Mungkin ia tidak punya pilihan lain selain mengatakannya.

"K-Kenapa kau tidak bilang?" Bogum terkekeh, namun kali ini terlihat menyakitkan. Di tersenyum, namun matanya terlihat sedih.

"Bagaimana aku bisa memiliki kesempatan untuk bilang padamu kalau yang kau bicarakan hanya tentang Kapten?" Tae merasa sangat buruk. Apa ia benar-benar mati rasa?

"Kau tau, akulah yang memberimu baju lebih saat kau basah kuyup. Akulah yang membelikanmu makanan saat kau lupa makan siang. Aku juga menyelamatkanmu dari hutan. Aku sudah memberimu semua petunjuk.."

Tae merasakan ada yang mengganjal d tenggorokannya. Hatinya hancur, namun ia tau disini Bogumlah yang lebih terluka.

"Tapi semua usahaku sia-sia, karena kau menyukai Kapten.. Bukan aku." Mata Tae berkaca-kaca. Bagaimana dia bisa menyakiti seseorang yang tidak melakukan apa-apa selain mencintainya?

"Maafkan aku.." Hanya itu yang dapat Tae katakan. Dia sangat terkejut dan tidak bisa berkata-kata. Bogum terkekeh. "Tidak, ini bukan salahmu. Ini adalah salahku yang malah melanjutkan menyukaimu."

Bogum mengusap air mata di pipi Taehyung. "Jangan menangis, itu menyakitiku." Meski Bogum menyuruhnya untuk tidak menangis, itu justru menjadi alasan baginya untuk semakin terisak.

Karena ia tahu ia tidak akan pernah bisa mencintai Bogum seperti Bogum mencintai dirinya.

"Bolehkah aku memegang tanganmu?" Tanpa ragu Tae meletakkan tangannya di samping tangan Bogum. Bogum menempelkan telapak tangan mereka. "Tanganmu terlihat kecil disamping tanganku." Bogum terkekeh, menurutnya itu lucu.

Tae terkejut ketika Bogum tiba-tiba menautkan jemari mereka. "Biarkan aku memegang tanganmu selama lima menit.. hanya lima menit, ya?"

Tae tidak menjawabnya, namun ia mengizinkan. Bogum menggenggam tangan Tae dan meletakkannya tepat didepan dadanya. Jantungnya berdegup begitu kencang.

Captain Jeon, Since 1894 [kookv] Indonesian verTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang