5

4.5K 471 18
                                    

Dia tau dia telah mengacaukannya.

..

"Selamat pagi, Pak!" Kini mereka berada di ruangan Jenderal. Jungkook membungkuk dan tae sepenuhnya gugup.

"Apa yang membawamu kemari? Mengapa kau bersama putraku?" Jendral bertanya dengan santai, namun itu tidak membuat Tae menjadi santai sedikitpun.

"Saya tidak ingin kurang ajar pak, tapi putramu telah mengikuti saya sejak kemarin dan dia membolos pelatihan." Taehyung mengumpat dalam hati. Dia menunduk karena tidak ingin melihat reaksi ayahnya.

"Apa itu benar, nak?" Tae terdiam sejenak. Dia tidak tau apakah dia harus jujur atau tidak.

"Em.. Iya." Ia menggigit bibirnya, masih tidak menatap kedepan. Namun ia mendengar helaan nafas dari ayahnya.

"Mengapa kau membolos pelatihan? Kau tahu bahwa menolak tanggung jawab adalah dosa kan?"

Tae hanya mendengarkan omelan itu.

"Mengapa kau mengikutinya?"

Dari seluruh pertanyaan, itu adalah yang tersulit untuk dijawab. Maksudnya, apa yang harus ia katakan?

'Yoww ayah aku ngikutin orang hot ini buat nyelametin sejarah.'

Seperti itu?

Tentu saja tidak. Siapa sialan yang akan mempercayai itu? Mereka mungkin akan mengirimnya ke rumah sakit jiwa.

Tae memutuskan tidak menjawabnya, ayahnya lagi-lagi menghela nafas.

"Aku tidak ingin hal seperti ini terjadi lagi." Taehyung mengangguk perlahan, menunjukkan bahwa ia mendengarkan ayahnya.

Semua orang terdiam. Tidak ada yang berani berbicara. Jungkook hanya berdiri seperti patung - God, dia sangat disiplin.

Hanya beberapa detik sebelum keheningan itu terpecah. "Kapten, terimakasih telah melaporkan ini."

"Tidak masalah pak-"

"Aku ingin kau mengawasi putraku."

Kepala Tae tersentak. Mata Jungkook membulat.

"Apa?" Keduanya bertanya serempak. "M-Maaf pak, tapi apa maksudnya?" Tanya Jungkook.

Jenderal bersandar pada kursinya.

"Aku tidak tau mengapa putraku mengikutimu dan membolos latihan. Dan mengetahui bahwa aku mempercayaimu, aku ingin kau mengawasi dan melindungi putraku. Pastikan dia menghadiri latihan dan kalau perlu-disiplinkan dia."

'Kalau perlu-disiplinkan dia.'

Kata-kata itu terus terngiang di benak Tae. Jantungnya berdenging melalui telinganya. Dia memiliki banyak pikiran yang berkecamuk di kepalanya.

Oh my god.

"P-Pak, Saya pikir saya tidak dapat melakukannya. Saya sudah menjadi Kapten, Saya memiliki banyak tanggungjawab-"

"Kau tidak perlu khawatir tentang itu. Aku bisa mengerjakannya. Satu-satunya bantuanmu untukku adalah menjaga putraku. Jika aku bisa melakukannya aku tidak akan menyuruhmu."

"Pak-"

"Aku tidak menerima penolakan. Kau bisa mulai besok. Dan Taehyung, kita harus bicara dirumah."

Itu kalimat terakhir sebelum mereka keluar dari ruangan Jenderal, tercengang.

Tae bergegas memukul lengan Jungkook namun malah dia sendiri yang kesakitan.

"Aw, Apa kau punya batu ditanganmu?" Ucapnya sambil mengelus tinjunya.

"Beraninya kau memukulku?" Tae melotot dan menjulurkan lidahnya.

Captain Jeon, Since 1894 [kookv] Indonesian verTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang