Mereka hampir tertangkap, bersembunyi adalah hal paling efektif untuk saat ini.
Sekarang, Bogum dan Taehyung sedang mencoba kabur dari para prajurit yang mencari mereka di seluruh gedung itu.
"Kita harus masuk ke ruangan itu." Tae berbisik, mengacu pada sebuah ruangan yang tak terlalu jauh dari mereka.
Bogum menghela napas, "Kurasa kita perlu menembak."
Ia mengangkat pistolnya dan mengarahkannya pada prajurit yang berdiri di sana. Namun Tae menahan lengannya guna menghentikannya.
"Tidak! Mereka akan mendengar suaranya!"
Bogum menyeringai, dia sudah menyiapkan semua ini. "Ini menggunakan peredam."
..
'Kenapa aku gak kepikiran pakai peredam? Sialan.'
..
Tanpa sedikit pun suara tembakan, mereka berhasil membunuh setiap prajurit di lantai itu. Yah, mungkin tidak semua, namun cukup membuat mereka untuk bisa bergerak maju.
Mereka memasuki ruangan itu, dan Tae benar —dia akan mendapatkan sudut yang bagus untuk menembak dari sini.
"Kau mau pergi ke mana?" Tae bertanya saat melihat Bogum meninggalkan ruangan.
"Aku akan menjaga. Tolong tembak dengan cepat, mereka akan segera menemukan kita." Itu adalah kalimat terakhir yang ia ucapkan sebelum menutup pintu.
Tae tidak ingin menyia-nyiakan waktu lagi. Ia bergegas menyiapkan senapannya dan mengarahkannya pada Reiner di bawah sana.
Jari terpasang di pelatuk, mata yang mengintip melalui lubang target. Ia merasa sedikit gugup karena sesuatu terasa tidak benar.
Dan dia tidak salah.
Sesaat sebelum ia hendak menarik pelatuknya, kepalanya mengalami sakit yang luar biasa lagi.
"Sial, jangan lagi!"
Namun ia lebih terganggu dengan apa yang ia lakukan selanjutnya.
Akibat rasa sakit dan terkejut, ia tanpa sadar menarik pelatuknya dan mengeluarkan suara tembakan yang keras.
"Ah! Sialan!" Ia meringis kesakitan.
Dia berhasil menembak Reiner di lengannya. Tapi tujuannya yang sebenarnya adalah di kepala.
Dengan cepat ia menarik senapannya, berhasil bergerak terlepas dari rasa sakitnya saat ini. Tangannya gemetar saat ia mengobrak-abrik isi tasnya, mencari cermin. Bogum menendang pintu setelah ia berhasil meninju seorang prajurit.
"Tae, kita harus pergi!"
Bogum cukup disibukkan dengan melawan musuh untuk menyadari bahwa Tae sedang kesakitan. Tae bergegas meraih cermin setelah ia menemukannya dan menatapnya, seperti sedang kontes menatap dengan bayangannya sendiri —namun sebenarnya bukan.
Ia bersyukur cara ini masih bekerja, karena rasa sakitnya perlahan menghilang.
Tae mengambil napas panjang sebelum ia meletakkan cerminnya kembali ke dalam tas, ia dengan cepat bangkit, kabur bersama Bogum.
"Sial, mereka mengejar kita!"
Tae benar-benar merasa marah pada dirinya sendiri karena terluka, ia jadi tidak bisa berlari dengan cepat.
"Pergi!" Tae berhenti di tengah-tengah pelariannya, berpegangan pada dinding begitu lukanya kembali berdarah, ia tidak bisa memaksakan rasa sakit pada lukanya lagi. Bogum berhenti, berbalik dengan wajah kebingungan. "Apa kau gila?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain Jeon, Since 1894 [kookv] Indonesian ver
Fanfic[ON GOING] "Saat perang usai, kita akan menikah dan aku akan menumbuhkan bunga seperti dirimu, dan kisah kita akan menjadi salah satu kisah cinta terindah di alam semesta" -sebuah surat ditemukan di saku tentara yang tewas ; Captain Jungkook Jeon, 1...