'Aku bener-bener harus cari tau isi notebooknya'
..
"Kenapa kau ada disini?" Tanya Jungkook tanpa menatap Tae. Dia sibuk membaca buku —Sebuah buku filosofi.
Tae meletakkan kotak p3k di mejanya, itu berhasil mengalihkan atensi Jungkook. "Kenapa kau memiliki itu?"
"Pelatih mengajarkan kami pertolongan pertama. Jadi aku ingin mencobanya padamu."
Luka Jungkook sudah lebih baik sekarang. Tapi tusukan di perutnya masih terasa sakit. Jungkook menggeleng. "Tuan Kim, Lukaku ini sungguhan—"
Tae cemberut, "Aku memang ingin yang sungguhan. Itu akan membuatku semakin terlatih. Ayolah!" Ucapnya lalu membuka kotak p3k.
"Tapi bukan begitu caranya. Dan bukankah kau masih memiliki latihan lain—"
"Ini sudah pukul 6 sore dan latihan sudah selesai. Tolonglah, kumohon biarkan aku melakukan ini? kumohoooonn?"
Jungkook tidak habis pikir. Bagaimana caranya ia menolaknya jika Tae berakting manis seperti itu?
"Baiklah." Jungkook menghela nafas, menutup buku yang sedang ia baca. Tae merasa bersemangat, dia memiliki misi lain mengapa ia kemari, namun ia ingin mencoba kemampuannya.
Jungkook berdiri dan mulai membuka kancing seragamnya.
"H-Hey! Apa yang kau lakukan?!" Tae gugup.
Tae memalingkan wajahnya karena saat ia ingin menghentikan Jungkook, dia sudah terlanjur melepas atasannya.
"Kau tidak perlu melakukan apapun. Hanya perlu mengganti perbanku." Perintah Jungkook kemudian meletakkan atasannya diatas kursi.
Tae mencari perban diam-diam. Jantungnya berdetak sangat cepat.
Akhirnya ia menemukan perbannya, ia mulai memotong perban saat Jungkook bicara.
"Bukankah seharusnya kau mengukur pinggangku dulu?" Tanyanya.
Tae berputar sambil menelan ludah, melihat Jungkook bertelanjang dada sungguh... Yatuhan.
'Oh aku butuh rosario!'
Tae melepas perban lama yang melingkari perut Jungkook, menunjukkan sebuah luka panjang yang dijahit. Tae merasa khawatir karena mungkin Jungkook mendapat luka itu saat menyelamatkannya. Dia merasa sangat buruk.
Dia mulai melingkarkan perban baru di pinggang Jungkook.
"Tanganmu gemetar." Bisik Jungkook.
"T-Tidak, kau hanya—" , "Kau gugup?"
Tae tertawa sarkastik.
"HA. HA. HA. Gugup? kepadamu? Betapa menyedihkan." Ucapnya dan berbalik, mengutuk dirinya sendiri.
Mereka terdiam beberapa saat, Tae mulai fokus memotong perbannya dan Jungkook mengamati Tae.
"Kapten," Panggil Tae. "Apa kau mendapatkan luka ini di hutan?" Dia bertanya karena sangat penasaran.
Jungkook terlihat menimang. "Ya."
"Disana ada banyak jebakan. Aku berhasil menghindar namun tidak semua. Orang yang menyekapmu sungguh pintar.
Tae berhasil memasang perban di pinggangnya. "Ini dia. Selesai! Lihat? Aku pandai melakukan ini!" Kekeh Tae. Ia membereskan kotak saat seseorang mengetuk pintu.
"Masuk," Ucap Jungkook sambil mengenakan atasannya.
Orang itu membuka pintu —itu adalah Dongjin, orang yang dituduh dalam kasus bunuh diri minggu lalu. Tapi dia dinyatakan tidak bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain Jeon, Since 1894 [kookv] Indonesian ver
أدب الهواة[ON GOING] "Saat perang usai, kita akan menikah dan aku akan menumbuhkan bunga seperti dirimu, dan kisah kita akan menjadi salah satu kisah cinta terindah di alam semesta" -sebuah surat ditemukan di saku tentara yang tewas ; Captain Jungkook Jeon, 1...