Berjalan diantara keramaian, mereka berdua akhirnya lelah menaiki setiap wahana dan mencoba setiap permainan.
Jungkook menatap Tae dari belakang karena Tae berjalan di depannya, mempercepat langkahnya.
Jungkook tidak bisa menahan senyumnya karena melihat bagaimana diamnya Tae saat ini.
"Kenapa kau sangat diam?" Tanya Jungkook. Setelah apa yang terjadi di kincir ria, wajah keduanya memerah dan jantung mereka berdegup sangat keras. Namun wajah Tae lebih merah dan terlihat malu setelah itu. Dan Jungkook rasa itu sungguh menggemaskan.
"H-Huh? Tidak." Tae bahkan tidak bisa menatapnya langsung.
"Kau iya. Kau sangat berisik beberapa saat lalu dan tiba-tiba jadi pendiam." Ucapnya.
"Apa kau masih memikirkan tentang c—" Tae segera memukul lengannya. "Diam!" Jungkook melihat betapa merahnya wajah Tae saat ini. Jungkook tertawa. Dia sudah tahu jawabannya.
Tidak jauh dari mereka, ada dua orang anak kecil —mungkin sekitar 7 tahun— yang sedang bercakap-cakap. Dan mereka berdua dapat mendengarnya.
"Tapi Minnie, aku masih lapar." Rengek pria kecil itu sambil menatap potongan pangsit kecil dengan sedih.
"Aku juga Tae, tapi kita harus berbagi dengan keluarga kita."
Pria kecil itu menghela napas dan cemberut, "Jika kita lebih kaya, aku akan membeli banyak pangsit!" Serunya.
Jungkook kebingungan saat Tae berhenti berjalan dan menatap ke arah dua anak kecil itu. Jungkook menatapnya dan melihat bahwa mata Tae berkaca-kaca.
"Kau baik?"
Tae sedikit terkejut dan segera mengusap matanya. "Y-Ya. Aku hanya teringat seseorang."
Pandangan Tae teralihkan menuju sebuah gerai pangsit di samping mereka. Dia dengan cepat memesan.
"Bisakah aku mendapatkan dua kotak pangsit? Rasa biasa."
Ia menunggu pesanannya, saat sudah mendapatkannya ia menuju ke dua anak kecil yang sedang hati-hati membungkus sepotong pangsit.
"Hai!" Tae menyapa mereka dan kedua anak kecil itu terkejut. Yang satunya bersembunyi dibalik temannya.
"Oh, hey aku tidak bermaksud menakuti kalian." Tae menyejajarkan tingginya dengan mereka, ia menyodorkan dua bungkus pangsit ke hadapan mereka.
"Aku tidak sengaja mendengar obrolan kalian tentang makanan ini, jadi kurasa aku ingin membelikan kalian beberapa." Ia tersenyum dengan lembut. Keduanya hanya menatap Tae dengan ketakutan di mata mereka.
Tae merasa senang saat ia melihat mata mereka berbinar karena pangsitnya.
"Minnie, itu terlihat sangat lezat!" Salah satunya berbisik.
"A-Apakah itu beracun?" Satunya lagi bertanya, mulut Tae menganga karena itu.
"R-Racun? Tidak! Mengapa aku melakukan itu?"
"A-Ada banyak orang yang mati karena memakan racun. Aku tidak suka racun." Jawabnya membuat Tae merasa sedih.
Dia tidak tahu seberapa terbukanya dunia ini pada anak-anak, ia tahu betapa kejamnya dunia ini.
Tae menghela napas, ia mendapatkan sebuah ide. "Apa tidak masalah jika aku mengambil satu gigitan?"
Anak itu mengangguk, ia segera mengambil sepotong pangsit dan memakannya. Ia ingin membuktikan pada mereka kalau ini tidak beracun. "Ini sangat lezat! Kalian lihat, kan? Ini tidak beracun." Ucapnya.
Anak yang lain mengambil sepotong dan memakannya. "Mhm! Ini lezat sekali!"
Tae sangat senang saat anak satunya lagi juga mengambil gigitan. "Kau benar, ini lezat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain Jeon, Since 1894 [kookv] Indonesian ver
Fiksi Penggemar[ON GOING] "Saat perang usai, kita akan menikah dan aku akan menumbuhkan bunga seperti dirimu, dan kisah kita akan menjadi salah satu kisah cinta terindah di alam semesta" -sebuah surat ditemukan di saku tentara yang tewas ; Captain Jungkook Jeon, 1...