Di tengah-tengah Ibukota, berdiri orang yang sangat relevan dalam sebuah cerita. Tepatnya seorang penjahat.
Jungkook akhirnya tiba di tempat tersebut, hatinya belum siap untuk ini, namun ia harus. Karena dari awal memang seharusnya begitu, ia adalah seorang prajurit—seorang Kapten.
Reiner berada di sisi jalan yang lain, menyeringai dengan prajuritnya di sekelilingnya.
"Sejak awal tidak ada gunanya memulai perang. Mengapa kau ingin memiliki sesuatu yang bukan milikmu?" Ucap Jungkook, menatap Reiner. Ia juga melihat Jaewon di sebelahnya, dengan perban yang terlilit di perutnya.
Dan mungkin, ia tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Taehyung.
Kepalannya mengerat, ia sungguh ingin membunuh keparat sialan itu. Namun ia ingin kematiannya lebih menyedihkan dari pada melalui tembakan atau pukulan.
"Dan aku bertanya padamu, kenapa kau masih bertahan sampai saat ini? Kau benar-benar ingin menjadi pahlawan huh?"
Jungkook tidak berbicara, ia tidak berusaha untuk menjadi pahlawan di sini. Ia hanya mendambakan keadilan dan kedamaian, bukankah seharusnya itu alasan yang cukup untuk bertahan dan melawan hingga sejauh ini?
"Jika kau benar-benar ingin menjadi pahlawan..." Reiner menjeda kalimatnya, mengeluarkan secarik kertas dari sakunya. "Maka pergi selamatkan ayahmu."
Jungkook mengerutkan keningnya mendengar kalimat yang keluar dari bibir Reiner, jantungnya nyaris berhenti melakukan tugasnya begitu mendengar kata 'ayah'.
"Omong kosong apa yang kau coba katakan?" Jungkook bertanya, ia tidak menyiapkan diri untuk hal seperti ini. Reiner menatapnya, menertawakan Jungkook yang bahkan Jungkook sendiri tidak menemukan apa yang lucu.
"Kau benar-benar tidak mengenal ayahmu, ya?" Ucapnya di sela tawa.
"Tutup mulutmu!" Ucap Jungkook, ia tidak tahu mengapa ia mendadak menjadi begitu gugup. Reiner menetralkan suaranya dari tertawa dan berbicara, "Bagaimana mungkin kau tidak tahu..."
Ia melempar rokok yang beberapa waktu lalu ia hisap ke tanah, menginjaknya guna mematikan api di ujung benda batangan itu.
"...Bahwa ayahmu adalah Presiden?"
Jungkook membeku di tempatnya. Ia tidak ingin menjawab, atau bahkan mempercayai ucapan pria keparat di hadapannya itu. Karena bagaimana jika Reiner hanya ingin mencuci otaknya saja?
"Tutup mulut kotormu itu!" Jungkook mengangkat pistol dan mengarahkannya pada Reiner. Yang menjadi sasaran terkekeh, merasa terhibur. Ia melemparkan secarik kertas yang ia bawa pada Jungkook, dan Jungkook bahkan tidak menaruh pandang pada objek itu sama sekali.
"Jika kau percaya padaku, maka ambillah kertas itu dan pergi temukan dia. Jika kau tidak percaya, tidak masalah. Tapi kau tidak akan melihatnya hidup-hidup lagi." Reiner melangkah ke arah Jaewon dan mengambil jam pasir dari genggamnya. Ia membaliknya, membuat jutaan pasir-pasir itu mulai turun sedikit demi sedikit.
"Kau punya waktu 10 menit, jika kau tidak menemukannya dalam kurun waktu itu, sebuah peluru akan secara otomatis ditembakkan ke kepalanya."
Jungkook merasa tertekan, ia merasakan keringat dingin di tubuhnya. Sedangkan waktu terus berjalan, apa yang harus ia lakukan sekarang?
"Ah, dan juga, kau satu-satunya yang diizinkan untuk mencarinya. Jika ada seorang pun dari rekanmu yang membantu, maka mereka akan mati." Jungkook memegang pistolnya erat-erat karena tekanan dalam dirinya. Tapi, apa pun yang terjadi, salah satu tugasnya adalah untuk menyelamatkan Presiden.
Jadi, persetan.
Jungkook dengan cepat meraih kertas di bawahnya, Reiner menyeringai karena ia tahu Jungkook pasti akan melakukannya. Jungkook mengerutkan kening sekali lagi melihat isi kertas itu, tapi syukurlah dirinya memiliki pengetahuan yang cukup untuk memecahkan kode di sana. Setelah beberapa detik mengamati kertas itu, ia berlari menjauh dan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain Jeon, Since 1894 [kookv] Indonesian ver
Fanfic[ON GOING] "Saat perang usai, kita akan menikah dan aku akan menumbuhkan bunga seperti dirimu, dan kisah kita akan menjadi salah satu kisah cinta terindah di alam semesta" -sebuah surat ditemukan di saku tentara yang tewas ; Captain Jungkook Jeon, 1...