..
Taehyung perlahan-lahan berjalan kearah Jungkook, ia membelakanginya dan terlihat terlalu fokus untuk sekedar menyadari kehadiran Taehyung.
Tae mengintip apa yang sedang dilakukan Jungkook, dan iaa melihat Jungkook sedang menggambar sesuatu.
'Ngapain dia gambar pistol?' pikirnya, namun tetap takjub oleh bakatnya.
Lagi-lagi notebook ungu itu. Itu terlihat spesial bagi Jungkook, dan ia ingin tau mengapa.
"Waah, tebarkan bakatmu padaku." Jungkook hampir melompat dari tempatnya saat ia mendengar suara dari balik punggungnya. Dia sangat terkejut dan hampir melemparkan notebooknya. Jungkook berbalik dan menutup matanya kesal setelah mengetahui siapa pelakunya.
"Apa maumu?" Tanya Jungkook, menyembunyikan notebooknya dibalik tubuhnya. Tae cemberut dan menunjuk notebook Jungkook menggunakan bibirnya.
"Kenapa kau menggambar pistol?" Tanyanya.
"Karena aku ingin." Jungkook hendak pergi, namun Tae menghadang jalannya. "Aku yakin ada alasan lain."
Jungkook mencoba pergi ke arah lain namun Tae menghadangnya juga. "Kenapa kau mengabaikanku?"
"Aku tidak mengabaikanmu."
"Ya, kau melakukannya."
"Aku tidak."
"Melintasi hatimu?"
"Lebih baik mati."
Tae hampir berbicara lagi saat ia sadar apa yang Jungkook katakan. Lebih baik mati? Dia memang akan, namun Tae berharap kali ini —sejarah akan menyelamatkannya.
Jungkook meloloskan diri dari Taehyung, namun Tae tetap mengikutinya dari belakang. "Bagaimana jika kau benar-benar mati?" Tanya Tae, dia ingin tau apa yang akan Jungkook rasakan.
"Aku adalah tentara, aku dilahirkan untuk mati." Tae tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa lebih sedih.
Seharusnya dia tidak bertanya, dan sekarang —hatinya terluka.
"Kau mau kemana?" Tae bertanya, mencoba mencerahkan suasana.
"Kenapa aku harus memberitahumu?"
Mereka berbicara sambil berjalan. "Karena aku manis." Kekeh Tae. Jungkook menengok ke belakang.
"Apa hubungannya?" , "Kau harus memberitahuku karena aku manis." Dia memasang senyum kotaknya dan Jungkook menggelengkan kepalanya.
"Dengar, aku harus mengerjakan tugasku. Dan aku tidak bisa melakukannya jika kau mengikutiku seperti ini. Tolong urus urusanmu sendiri."
Tae cemberut dan melotot padanya. "Kau jahat, benar-benar jahat." Dia memutar bola matanya dan berbalik untuk pergi.
Dia belum pergi jauh saat seseorang berjalan kearahnya.
"Taehyung!" Panggil Bogum, berlari kearahnya dengan senyuman. Wajah Tae kembali ceria. "Hey!" Sapanya kembali.
"Baguslah aku melihatmu. Aku akan pergi berkuda. Ingin bergabung?" Tae merasa sedikit canggung. "A-Aku tidak mau menaiki--"
"Tidak akan ada yang terjadi. Aku janji."
Bogum meraih lengan Tae, dan mata Jungkook menangkap hal itu. Dia melihat mereka menuju lapangan hingga pergi jauh.
Jungkook menghela nafas dan merasakan sesuatu berbeda. Dia tidak bisa menjelaskan apa yang ia rasakan dan dia tidak mau tahu.
Ia mengabaikannya dan kembali ke urusannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain Jeon, Since 1894 [kookv] Indonesian ver
Fanfic[ON GOING] "Saat perang usai, kita akan menikah dan aku akan menumbuhkan bunga seperti dirimu, dan kisah kita akan menjadi salah satu kisah cinta terindah di alam semesta" -sebuah surat ditemukan di saku tentara yang tewas ; Captain Jungkook Jeon, 1...