Brukk!
"Oh, jadi lo yang namanya Nayla Pricillia? Pacarnya Juna?" Dila menubrukkan badan Nayla ke sebuah tembok lorong sepi dan gelap.
Dila dan kedua temannya menghadang jalan Nayla ketika gadis itu keluar dari kelasnya untuk pulang.
"Kenapa bisa lo sama Juna jadian?" tanya Dila dengan tatapan tajam.
"Gue pacaran sama Juna itu sama sekali nggak ada urusannya sama lo!" balas Nayla dingin, berusaha melepaskan kedua tangannya dari Aurel dan Franda.
"Oh, jadi bener? Bener kalau lo itu pacarnya Juna sekarang?" Dila memastikan.
"Lo budeg?!" Nayla menyolot. "Tadi gue jawab gua pacaran sama Juna sama sekali nggak ada urusannya sama lo!"
Mendengar itu, kedua tangan Nayla diangkat ke atas dan ditahan oleh Aurel serta Franda. Sementara dagu Nayla mengangkat berhadapan dengan Dila.
"Bukan urusan gue?! Jelas-jelas ini urusan gue!" Dila menarik seragam Nayla dengan kasar dan memukul tembok tersebut.
Nayla berkedip sesaat, menahan ketakutan. Dia masih berusaha melepaskan diri dan bersikap tenang.
"Lo berani sama gue?! Keren juga nyali lo." Dila membuat Nayla diam, tidak melakukan apa pun.
Wajah Dila semakin dekat dengan wajah Nayla. Berusaha mengintimidasinya, menyelidiki sesuatu dari raut wajah polos Nayla.
"Lo suka sama Juna?" tanya Dila.
"Iya. Suka banget," jawab Nayla cepat.
Rahang Dila menegas. Gadis cantik bersurai panjang dengan warna rambut agak pirang itu menggertakkan giginya, sambil mengepal kuat tangannya. Tatapan dingin dan tajam itu begitu menusuk kedua mata Nayla.
"Lo nggak boleh pacaran sama Juna!" bentak Dila, mengeraskan suaranya.
"Kenapa? Juna jomblo, gue jomblo. Apanya yang salah?"
"Gue nggak peduli! Lo harus putusin Juna atau lo nggak akan mungkin aman di sekolah ini. Lo nggak bisa ngambil Juna! Nggak usah nantangin gue! Lo bukan level gue, dasar sok cantik!"
"Gue emang cantik, kok. Juna aja sampe kesemsem sama gue," pede Nayla, membuat Dila semakin meradang.
"Asal lo tau, ya! Juna itu sukanya sama gue. Tapi karena gue nolak dia, dan lebih milih Farrel, Juna nggak bisa dapatin gue. Gue yakin dia cuma manfaatin lo buat suatu tujuan. Juna, kan, licik. Kasihan banget lo cuma dijadiin sampah!" Dila mendorong tubuh Nayla sampai gadis itu terjatuh ke lantai.
"Sampah! Dasar sampah! Mau-maunya dijadiin pacar padahal cowok lo sukanya sama gue!"
"Ups! Kayaknya cuma pelampiasan deh, Dil." Aurel menambahkan. "Eh, eh, mungkin aja mau dijadiin babu?" Franda ikut mengolok-olok Nayla.
Mereka bertiga mengolok-olok Nayla yang masih duduk di lantai karena dorongan keras Dila. Nayla hanya diam, tidak membalasnya.
Nayla hampir saja menangis mendapat perlakuan buruk dari Geng Mutilasi. Namun, mengingat bahwa Juna tak menyukai gadis cengeng, Nayla bangkit dari duduk sungkurnya.
Nayla berjalan mendekat, melangkah sambil tersenyum aneh menatap Dila. "Kita buktiin aja siapa yang sebenernya Juna suka. Lo atau gue?!" ujarnya dingin.
Dengan berani Nayla mendorong Dila dengan kedua tangannya. Tetapi Dila tak sampai jatuh seperti Nayla, gadis itu ditangkap oleh kedua temannya.
"Lo udah sinting, ya, berani banget ngelawan kita! Sebenarnya lo tau nggak sih siapa Dila? Lo jangan macem-macem!" sahut Aurel, menatap jengah ke arah Nayla. Karena baru kali ini ada gadis yang berani melawan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTAJUNAY (SDH TERBIT)
Teen FictionArtajuna Pradipto, pentolan sekolah dengan sikapnya yang menyebalkan. Dia ditakuti semua orang karena sikap kerasnya dan sering semena-mena. Namun sebenarnya hidupnya penuh dengan luka. Termasuk tentang cinta. Dia sulit melupakan masa lalunya yait...