Hayyyy! Mau update kegemasan level up!
Siap untuk memberi komentar pada setiap paragraf? 🔥
Happy Reading<3
...
Pagi ini Nayla terlambat bangun. Ia kesiangan, bahkan tak diantar sampai ke sekolah dengan mobilnya. Mobil yang biasa dipakai untuk mengantar Nayla ke sekolah malah mogok di tengah jalan.
Dengan gerakan cepat gadis itu menaiki bus agar bisa sampai ke sekolahnya.
Nayla tidak bisa mengandalkan Juna. Biasanya cowok itu sering kali menunggunya di depan rumah untuk berangkat sekolah bersama.
Namun, entah kenapa Juna sama sekali tak mengabarinya setelah semalaman bertelefon ria dengan Nayla.
"Mampus deh gue. Pasti udah upacara! Gue nggak boleh masuk sama Om Budi ini mah," sesal gadis itu menepuk jidatnya seraya berdiri di antara sumpeknya penumpang bus.
Beberapa saat kemudian bus yang dinaikinya sampai juga tepat di depan gerbang SMA Asteroad. Nayla segera turun dari bus, lalu menyeberang ke gerbang sekolah.
"Astaga bener-bener telat gue! Pakek dikunci segala!" Nayla merutuk kesal saat melihat gerbang sekolah sudah dikunci.
Kaki jenjangnya ikut gemetaran, Nayla menggigit bibir bawahnya, menahan ketakutan. Karena baru kali ini ia terlambat datang ke sekolah.
Nayla mengangkat pergelangan tangan kirinya, melihat jam di sana. Sudah lewat dari sepuluh menit dari jam masuk yang telah dijadwalkan.
Tangannya makin berkeringat ketika Om Budi selaku satpam sekolah berjalan bersama seorang guru yang membawa sebuah kayu panjang di tangannya.
"Gue nggak mau dipukul pakek kayu itu!" Nayla semakin ketakutan saat melihat Pak Indro, seorang guru paling sadis dan killer yang bertugas untuk menghukum siswa tidak disiplin seperti Nayla.
Gadis itu langsung bersembunyi di balik tembok dekat gerbang sekolah. Berusaha menahan suara dan tidak ada gerakan sama sekali agar tidak dicurigai oleh guru tersebut.
"Gue harus ke mana?"
Kening Nayla bercucuran keringat karena begitu ketakutan jika ia ketahuan oleh Pak Indro.
Nayla tak mungkin pulang begitu saja, karena Mamanya—Kamila, masih belum pergi ke Butik. Nayla bisa habis dimarahi oleh Mamanya yang super bawel di rumahnya.
"Ya Allah.. To—"
Tiba-tiba tangan Nayla ditarik oleh seseorang. Sebuah tangan kekar yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, berjalan ke arah tujuan yang entah akan pergi ke mana.
Lalu, tangan itu memberhentikan Nayla di sebuah tembok semen sebagai pembatas halaman belakang sekolah dengan lingkungan belakang gedung.
"Lo sia..." Nayla menghempas tangan cowok tersebut dari pergelangan kanannya. Otomatis ia menoleh ke samping, menatap sosok yang mengajaknya berlalu dari gerbang sekolah.
"Juna?! Lo ngapain di sini?" heran Nayla. "Lo telat juga?"
"Iya. Gue mah udah biasa. Lo yang luar biasa, cewek berprestasi tinggi kok bisa telat?" tanya Juna melirik Nayla. Cowok itu meledeknya.
Nayla mengembuskan napas berat. Dia memukul kencang lengan Juna sehingga menimbulkan sebuah suara.
"Tangan lo terbuat dari apa sih? Sakit banget!" ringis Juna, mengelus lengannya.
"Yang bikin gue telat, kan, lo! Semalaman lo ngajak gue sleep call-an. Gimana bisa gue bangun pagi? Ujung-ujungnya gue terlambat karena lo. Dan ini semua salah lo!" tukas Nayla seenaknya. Membuat Juna menatap tajam gadis di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTAJUNAY (SDH TERBIT)
Teen FictionArtajuna Pradipto, pentolan sekolah dengan sikapnya yang menyebalkan. Dia ditakuti semua orang karena sikap kerasnya dan sering semena-mena. Namun sebenarnya hidupnya penuh dengan luka. Termasuk tentang cinta. Dia sulit melupakan masa lalunya yait...