SIAPA YANG KANGEN SAMA JUNA DAN NAYLA? 🦁🐈
...
Hallooo temen-temen!! Apa kabar klean semuaaa~
Btw klean tau cerita ARTAJUNAY dari mana nihhh?
Jam berapa di rumah kamu pas lagi baca ini sekarang?
Kirim emoji apa yang klean suka di antara 🦁🐈 sebelum membaca cerita ini yaaaaa~
SIAP MENGISI SEMUA PARAGRAF CERITA ARTAJUNAY DENGAN KOMENTARMU?
***
Bel pulang sekolah baru saja berbunyi nyaring, menandakan seluruh siswa SMA Asteroad dibolehkan untuk pulang. Herannya, Juna yang biasa malas untuk beranjak pulang tiba-tiba saja dengan gerak cepat bersiap untuk pulang.
"Lah, Jun? Lo kesetanan hantu apaan?" bingung Ekal. Laki-laki itu mendongakkan kepala ketika pria dengan seragam berantakan yang duduk di sebelahnya bersiap-siap untuk pulang.
"Tumben banget gercep mau balik." Markus menyahuti, mengerutkan dahi. "Lo mau ke mana dah?" sambungnya.
Juna membalas. "Gue mau balik lah." Terakhir, dia mereshlating tas dan menggendongnya di belakang punggung.
Ekal dan Markus saling menatap kebingungan satu sama lain. "Biasa Us, yang baru punya cewek..."
Juna langsung menimpuk kepala Ekal dengan rubik di genggamannya. "Berani lo sambung tuh kalimat, pala lo gue pelintir."
"Mampus lo, Kal," maki Markus, lalu cengegesan.
"Lo mah sama sahabat sendiri begitu, anjir. Nggak ada sayang-sayangnya sama gue," ucap Ekal, pura-pura meringis.
"Najis bego liatnya," celetuk Markus.
Juna hanya menghela kasar. "Dah, ya, gue balik duluan," pamit Juna, memasukkan rubik di tangannya ke kantong celana bagian depan. Lalu dia menepuk pundak Markus dan Ekal sambil beranjak keluar dari kelas.
"Lo juga mau balik sama cewek lo, Us?" tanya Ekal.
"Kaga. Jatah gue sama lo dulu, Sindi dijemput bokapnya."
"Kasian yang backstreet anjir."
"Moncong lo!"
Di belakang punggung Juna, Markus dan Ekal sedang berkelahi kecil seperti biasa. Hal itu sudah biasa Juna lihat, Markus dan Ekal yang sering bertengkar. Ekal yang usil dengan mulut jahilnya sementara Markus dan Juna mudah terpancing keusilan Ekal. Meskipun begitu, sebenarnya mereka sudah seperti keluarga.
Layaknya sekumpulan anak muda, mereka tidak hanya bertiga. Namun, kehilangan membuat semuanya berantakan. Kini, mereka berdiri dengan namanya masing-masing. 'Tanpa Nama' layaknya keluarga.
***
Bel berbunyi sepuluh menit yang lalu. Tadi Nayla keluar kelas agak lama karena harus melaksanakan piket kelas. Setelah kelas sudah bersih dan rapi, akhirnya Nayla keluar kelas.
"Juna? Ngapain ke sini?"
Namun, tak disangka-sangka Juna benar-benar menunggu kepulangannya di depan kelas Nayla sambil duduk di sebuah kursi panjang koridor kelas sembari memutar kubus warna-warni di tangannya yakni rubik.
"Pikunan atau pura-pura lupa?" ketus Juna.
Nayla mengerutkan keningnya, sambil menggaruk rambut belakangnya yang tak gatal, mengingat apa yang sebenarnya ia lupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTAJUNAY (SDH TERBIT)
Teen FictionArtajuna Pradipto, pentolan sekolah dengan sikapnya yang menyebalkan. Dia ditakuti semua orang karena sikap kerasnya dan sering semena-mena. Namun sebenarnya hidupnya penuh dengan luka. Termasuk tentang cinta. Dia sulit melupakan masa lalunya yait...